“Ting . . Ting . . Ting” cincin Melodi yang kebesaran di tanganku terjatuh secara tiba-tiba.
“Shit!!” kataku pelan sambil mengambil cincin yang jatuh tepat ditengah panggung dan langsung memakainya lagi.
Aku kira dengan jatuhnya cincin Melodi, ini akan menjadi pertanda kesialanku hari ini. Namun ternyata bukan, justru penampilanku sangat memukau dan berhasil membuat semua penonton dan juri berdiri serta memberikan tepuk tangan. Setelah memberi hormat tanda penampilan selesai, terdengar ada suara bel tanda istirahat sebelum penampilan selanjutnya dimulai.
Aku berjalan di lorong dan menuju tempat istirahat.
“Nak Dana!!” ada yang meneriaki namaku, aku menoleh ke belakang dan terlihat seorang bapak yang merupakan salah satu juri tadi.
“Datanglah mendekat.” Ucapnya dari kejauhan. Aku penasaran ada apa, sehingga aku putuskan untuk mendekat.
“Ada apa pak?” tanyaku penasaran.
“Aku ingin melihat cincinmu yang jatuh tadi.” Aku menjulurkan tanganku kepada bapak tersebut
“Dimana Melodi?” tanya bapak tersebut. Spontan aku kaget dengan pertanyaan bapak juri itu.
“Bapak siapa?” tanyaku kepada juri itu.
“Nama bapak Jefri. Bapak adalah ayah asli dari Melodi. Kamu pasti orang yang berharga bagi Melodi”