Mohon tunggu...
Cerpen

Hujan Melodi

19 Maret 2017   19:17 Diperbarui: 20 Maret 2017   16:00 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Nih buat kamu.” Aku ambilkan es krim yang Melodi beli tadi saat di perjalanan kemari.

“Makasih Dan. Walau demikian, setidaknya masih ada kamu.”

Waktu terasa berhenti, detak jantungku terasa, angin meniup rambut Melodi dan membuatku terpesona akan penampilannya, dan kata-katanya barusan bagaikan pengumuman bahwa aku mendapat golden tiket untuk memasuki suatu bangunan bertuliskan kata “Bahagia”.

Aku tersenyum manis kepadanya dan mencoba mengacak-acak kecil rambut Melodi.

“Iya Mel.” Aku memberanikan diri untuk membalas kata-kata Melodi walau wajahku memerah.

Kami menikmati es krim yang sudah kami ganti dengan sebagian uangku di minimarket tadi. Rasanya hidup di dunia ini membahagiakan. Semua kesedihan yang memenuhi hariku terasa berhenti sejenak dan diganti dengan kebahagiaan yang tiada tara.

Melodi berdiri dengan gayanya yang seperti anak kecil yang hiperaktif

“Hahh?” kata Melodi dengan wajah seperti melihat hantu. Tiba-tiba Melodi kehilangan keseimbangan dan jatuh tergeletak.

Suasana bahagia berubah menjadi suasana sedih yang memilukan. Aku tahu Tuhan merencanakan semuanya dengan baik, tapi menurutku bukan seperti ini yang baik. Kebahagiaanku yang sementara langsung diganti dengan kekhawatiranku kepada kondisi Melodi yang belum pasti keadaannya.

Setelah sekian lama aku tidak menemui suasana ini, suasana dimana banyak orang berjalan kesana-kesini terlihat khawatir dengan kondisi keluarga dan sahabatnya yang sedang dirawat. Ya, inilah suasana rumah sakit. Terakhir kali aku datang ke rumah sakit adalah saat orang tuaku dirawat kritis, dan sekarang aku kembali merasakannya.

Dokter keluar dari ruang rawat Melodi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun