Hari ini cuacanya cerah, matahari bersinar terang, burung berkicau sana-sini, banyak awan putih menghiasi langit, dan angin yang berhembus sepoi-sepoi. Aku rasa hari ini akan menjadi hari yang cukup menyenangkan bagiku.
Akhirnya aku sampai di taman yang telah kami berdua tentukan. Aku menarik nafas panjang dan mencoba memikirkan apa yang sebaiknya aku katakan pada Melodi.
“Hmm, apa yang harus aku bahas dengannya ya? Aku tidak mau hari ini menjadi hari yang membosankan baginya.” Gumamku sendirian duduk di tengah taman dibawah tempat teduh yang sejuk.
Aku mencoba berfikir keras untuk mendapatkan ide bahasan hari ini.
“Kamu kemarin ngapain aja? Ahh tidak. Kamu sudah sarapan? Ahh tidak. Kamu cantik sekali hari ini. Ahh tidak juga. Aduh bingung.” Aku bergumam tak jelas sambil menunggu datangnya Melodi.
“Kenapa aku gugup ya? Ini kan cuma jalan-jalan biasa.” Ujarku dengan nada tinggi pada diriku sendiri. Entah kenapa hatiku tidak bisa berbohong kalau ini tidak akan menjadi jalan-jalan yang biasa.
Lama sekali aku menunggu, sudah jam 08.00 rupanya. Aku penasaran kenapa Melodi terlambat. Aku mencoba melihat handphone yang ada di tasku.
“Hai!” Melodi mengagetkanku dari belakang dengan menepukkan tangannya di pundakku saat aku mencoba meraih handphoneku.
“Ihh, bikin kaget saja. Kenapa kau terlambat?” kataku dengan nada agak meninggi.
“Hah, aku terlambat? Kau yang datang lebih awal, kemarin malam kan aku balas bahwa aku bisanya jam 08.00? Apa kau tidak membacanya?” Melodi kaget dan tertawa akan hal itu “Lagian apa yang terjadi dengan benjolan di kepalamu itu?” Dia menertawakanku dan menyentuh benjolan itu.
“Aww, sakit.” Responku spontan menutupi benjolan itu agar tidak disentuh oleh Melodi.