Â
Pendahuluan
Kepemimpinan telah menjadi tema sentral dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk politik, psikologi, dan manajemen. Di antara banyak pemikir yang telah membahas topik ini, Aristoteles, filsuf Yunani kuno, menawarkan perspektif yang mendalam dan relevan. Dalam karyanya, khususnya "Politika" dan "Etika Nikomakhos," Aristoteles menganalisis berbagai bentuk pemerintahan dan karakteristik pemimpin yang baik. Ia berargumen bahwa kepemimpinan bukan hanya soal memegang kekuasaan, tetapi juga tentang menjalankan tanggung jawab moral dan etika terhadap masyarakat.
Aristoteles membedakan antara berbagai gaya kepemimpinan—monarki, aristokrasi, dan politeia—serta menekankan pentingnya kebajikan dalam proses kepemimpinan. Ia berpendapat bahwa seorang pemimpin yang ideal harus memiliki pengetahuan, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memahami kebutuhan serta aspirasi rakyatnya. Melalui pendekatan ini, Aristoteles memberikan kerangka kerja yang masih relevan untuk menganalisis gaya kepemimpinan di era modern.
Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi diskursus gaya kepemimpinan Aristoteles, dengan memfokuskan pada tiga aspek utama: "apa" yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan ini, "bagaimana" Aristoteles melihat proses kepemimpinan, dan "mengapa" prinsip-prinsipnya masih penting di dunia saat ini. Dengan memahami pandangan Aristoteles, kita dapat memperoleh wawasan berharga tentang arti kepemimpinan yang bertanggung jawab dan etis, serta tantangan yang dihadapi pemimpin kontemporer.
Kepemimpinan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan sosial dan politik. Dalam sejarah pemikiran politik, Aristoteles dikenal sebagai salah satu filsuf yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman gaya kepemimpinan. Artikel ini bertujuan untuk membahas diskursus gaya kepemimpinan Aristoteles dengan menekankan aspek "what," "how," dan "why" dari pandangannya.