Enam abad butuh waktu
untuk menjenguk Tuhan
di muka pintu.
Kemana gerangan doa-doa itu
melayang siang dan malam.
DOA PAGI
Seribu hantu menyerbu diriku
saat bertelut
menghadap mezbah Tuhan
dengan kata-kata menghujat berlumur dosa memerah
yang makin melumpuhkan tubuhku
untuk berucap doa-doa sambut matahari pagi.
UPAH DOSA
Airmata mengalir ke sebuah situ
berlabuh dalam rahang otak
musim kemarau
sudah dua abad maut mau meledak
lewat sekilas berita.
O, aku jadi teringat
uang tiga puluh keping perak
untuk si pengkhianat yang menjual kepalsuan
bagi Tuhan.
SAJAK JUMAT SORE
Saat sembahyang menutup matahari terbenam
kubayangkan tubuhku tergantung di tiang bukit tengkorak
sementara di luar jendela hujan deras
makin membuat hatiku gelisah
untuk pulang menuju ke pembaringan malam.
BANDARA INTERNASIONAL CHANGI
1
Lihatlah toko-toko siang ini sudah berdandan
mau tunggu apa lagi mahluk dungu.
Jasad makin usang sepanjang landasan.Permadani batu
tak beri salam tuli
kumpulan kaki yang payah.
2
Percakapan riuh kulipat rapi dalam kopor
menyedot sepi kian berlemak
sampai dari jarak begitu dekat
supir airbus menggosok-gosok jantung.
Pesawat belum menembus lapisan kaca
oi, ada bau lonte.Kuku-kuku birahi
Di sini tanpa beban
sebuah benua dirobek-robek.
DARI SINI
Ketika tiba kudaku dicambuk bulu-bulu
beranda stasiun yang lugu
makin mengeras bumimu berlapis-lapis.
Pacu! Ayo! Pacukan kudaku sarat racun tumbuhan
menuju gurun perang
sampai terkencing mata uang logam.
Logikaku terus berlari.....,berlari
mendaki matahari di kaki mall yang terbakar
faktur-faktur gemerlap.