tubuhnya yang letih
berkejaran waktu
dengan derasnya
aliran sungai dari bukit sebrang.
Lalu kami bersekutu
ladang-ladang batu
bersolek sejak dinihari
tanpa menghadap matahari.
Desaku tak lagi muntahkan
doa pagi
bagi hari perhentian yang dilipat-lipat.
Di hamparan panen raya jagung ini
petani tak pandai bernyanyi lagi
karena harga kiloan dibanting
para importir berwajah bening.
Diceritakan kesulitan;
pupuk kandang tujuh bulan
dan anak-anak yang rindu berenang
supaya bapaknya tak hanya dikenang.
Lalu dilukiskan sebuah tanah embung
musim kemarau sampai musim hujan.
Segera disebar
semangat menanam
dalam puisiku
ada areal persawahan
ada pula ruang batin,
namun,aku tak mau mati miskin.
Tuban, Jawa Timur,Maret 2016
Kota Surabaya di Sini Puisiku Bernyanyi
Kota Surabaya di sini puisiku bernyanyi
tentang masa kanak-kanak
tak sempat bernafas panjang
memotret akte kelahiran
seperti mengunyah permen kehidupan
sunyiku lalu lalang
lalu terbentur di padang ilalang.
Sebuah rumah sakit
tanpa ada penyakit.