Seperti burung rajawali, ia sering terbang kian-kemari
sangat liar ,dan bikin kesal hati.
Lihatlah, gigi-giginya yang tumbuh membusuk
seperti karang-karang terjal di atas pasir putih Pantai Florida
yang pagi itu hatiku semakin berwarna warni.
Lalu terjadilah pendarahan dalam kesunyian sendirian di sawung kelam.
Mengapa aku tak bisa berenang? tanya kawan seiman.
Padahal anakku telah gunakan kacamata hitam
untuk memotret ikan-ikan yang bisa terbang
sampai menembus cakrawala kekelaman.
Duh, tubuh dan kulitnya berubah warna;
seperti tak kukenal lagi
dari rahim bumi mana ia menetas.
Ayo...lari....larilah.... kucing anggora anakku .....menuju karang-karang terjal
menuju ombak yang menggulung angin malam
cuaca kian membeku .
Resiko ke depan bukan milikku lagi.
Sebab hanya ada satu pilihan : ikut Tuhan, atau ikut Baal !
Pamulang, Juli 2015
Sajakku Dikepung Asap Pekat 1.060 Titik
Menghitung sembilan puluh hari
tanpa matahari pagi
lalu ditambah tiga kali dua puluh empat jam
jadilah bola mataku (memerah)
berwarna mata srigala hutan
paru-paruku kembali dibakar
di tubuh Sungai Musi
yang telah menghilang dari garis peta buta.
Lalu dari badan Jembatan Ampera
tanpa kapal kayu-tanpa nelayan -kembali kubangun mimpi-mimpi luruh ini.