Aamiin...
For love
Nira & Dika
Sungguh sebuah asa yang kuat tuk gapai bahagia, semoga.
Hari ini adalah hari libur. Nira berkesempatan untuk rehat dari pekerjaannya, walau hanya satu hari saja sudah cukup baginya senang dan bahagia. Tentu saja Nira bahagia hari ini karena semalam Andika menelponnya jika mereka libur kerja bersamaan. Dan mereka telah merencanakan liburan sehari untuk bertamasya berdua. Dalam benaknya Nira pun membayangkan kebahagiaan mereka berdua.
Bel asrama berbunyi mengejutkan Nira yang sedang bersiap-siap. Dibukanya pintu depan dan nampaklah sosok pria berwajah teduh di hadapannya.
"Assalamualaikum..." Sapa Andika dengan hangat.
"Waalaikumsalam..." Nira menjawabnya dengan tersenyum manis.
"Sudah siapkah?" Andika bertanya.
"Yuk, kita berangkat!" Ajak Nira penuh semangat.
Maka berangkatlah mereka berdua berjalan kaki menuju halte bis kota. Andika menggenggam tangan Nira dengan erat seperti ingin membuat hati kekasihnya itu merasa nyaman dan aman bersamanya. Sesekali Nira menoleh ke wajah Andika dan menatapnya dengan penuh haru dan bahagia. Entah mengapa baru kali ini Nira merasakan damai di hatinya. Tak sedikit pun ada keraguan pada Andika kekasihnya. Nira begitu yakin jika nanti mereka akan menikah sepulangnya ke Indonesia.
Saat mereka duduk berdampingan di dalam bis kota, tangan keduanya tetap bergenggaman erat seakan tak ingin terpisahkan. Percakapan hangat dan manis terdengar dari mulut keduanya. Setibanya di tempat yang dituju mereka pun asyik menikmati liburannya, hingga waktu pun terasa cepat melaju, mereka tersadar hari hampir sore. Dan mereka pun kemudian pulang.
Selama perjalanan pulang Nira nampak lelah dan melabuhkan kepalanya di atas pundak Andika. Sebuah pemandangan manis dan romantis pun terlihat ketika Andika membiarkan kekasihnya tertidur di pundaknya dengan tangannya tetap menggenggam erat Nira.
Mereka pun tiba di halte dekat asrama, dan kemudian turun dari bis. Tiba-tiba...
"Duduklah dulu sebentar di sini, Nira. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu." Tukas Andika kepada Nira.
Halte itu tidak terlalu ramai dengan orang, hanya ada beberapa orang saja yang sedang menunggu bis. Nira pun duduk di tempat yang kosong, sedangkan Andika berlutut di depan Nira. Sontak saja Nira terkejut.
"Mengapa kau berlutut seperti itu, Dika?" Tanya Nira agak malu karena orang lain memperhatikan mereka berdua.