Mohon tunggu...
Operariorum
Operariorum Mohon Tunggu... Buruh - Marhaenism

Operariorum Marhaenism, merupakan Tulisan-tulisan mengenai ditindasnya orang Minoritas didalam realitas dan pola-pola diskriminasi yang dilakukan oleh pemilik otoriter, korporat dan kapitalissecara semenang-menang dan tidak adanya keadilan bagi kaum maniver mikro.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Review Buku (Heidegger dan Mistik Keseharian)

25 April 2023   09:30 Diperbarui: 25 April 2023   09:32 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kedua dan tak ada eksistensi kedua maka sorge Ada Karena manusia ada begitu saja larut dalam kelupaan akan ada dan ada Menuju Akhir tragis atau herois tidak kedua-duanya melainkan vaksisitas conditio humana yang tak terrelakan en tadi tanggapi secara tragis ataupun herois sama saja fasilitas itu niscaya Andaikan manusia tidak berakhir kita tidak dapat membayangkan bahwa manusia memiliki surga dan jika surga tidak ada seluruh makna dan pemaknaan hidup desain atau manusia yang bertumpu pada Horizon masa depannya juga sirna jadi kematian penting untuk kehidupan dan merenungan kematian lain daripada merentungan kehidupan itu sendiri.

Renungan tentang kematian terletak di jantung Sein und zeit sebagai keseluruhan dari keseluruhan struktur desain sorga merupakan suatu gerak atau dinamika yang belum definitif bahwa salah satu momennya sick War Wing mendahului berarti bahwa surga adalah peningkatan terus-menerus ada desain adalah kemungkinan maka ada di ini lebih merupakan suatu gerakan terus-menerus menuju dirinya daripada merupakan suatu yang sudah jadi rumusan filosofisnya adalah demikian manusia itu lebih menjadi daripada ada dalam arti selama desain sebagai mengada-ngada ia tak pernah mencapai keseluruhannya.

Kapan Dasan mencapai totalitas adanya dalam kematian tut kematian adalah Zain totalitas ada desain tetapi persis pada titik itu pula desain kehilangan adanya suatu Nadir ontologis karena desain berhenti sebagai berada di dunia absurd inilah paradoks Dan Tiada di satu titik yang disebut kematian seperti sebelum kelahiran tak ada pra eksistensi jiwa sebagaimana dipikirkan Plato begitu juga setelah kematian tak ada Keabadian seperti dibayangkan oleh agama-agama monoteis desain berhenti dengan kematian dan berubah menjadi entah mayat atau tak terpakai misalnya bahan optis. Kedengaran seperti absuritas ini tidak Absolut melainkan praktis yaitu memang malaikat pada eksistensi manusia itu sendiri selebihnya misalnya Keabadian ada di luar jangkauan ada desain namun menyisakan suatu ruang untuk menghormati desain yang telah berhenti itu manusia yang mati lebih daripada sungguh daging dan menjadi almarhum yang bermartabat kontak dengan adanya tidak berhenti bukan Keabadian jiwa yang diacu di sini melainkan pengalaman akan dunia bersama Masih Membekas pada mereka yang tinggalkan hubungan dengan mati seolah masih bermukim di dalam dunia bersama itu sehingga yang mati lebih daripada sekedar jenazah ciri lebih itu dikatakan semacam sedimentasi memori hasil kebiasaan kontak makna dengan selama ini.

Tak ada yang lebih menenangkan daripada pikiran bahwa kita tidak sendiri mengalami kematian tetapi itu hanyalah pikiran karena dalam kenyataan kita selalu mengalami kematian seorang diri dan sendirian masih banyak hiburan atau bius selain Misalnya kata-kata ini mereka Para pahlawan telah mati demi bangsa dan negara yang dipersoalkan bukan kematian isi kalimat ini melainkan fungsinya dengan kata-kata ini kematian tidak hanya menjadi eksternal dengan kata-kata ini kematian tidak hanya menjadi eksternal terhadap kita melainkan juga dikehendaki kata-kata semacam itu mula-mula menggoda desain untuk melupakan kematiannya sendiri yang datang menyongsong setiap saat lalu menenangkannya dan akhirnya mengasingkannya.

Apa Kata dosen yang telah terasing itu ah jangan terlalu dipikirkan Semua orang pasti mati katanya sambil mulai sibuk lagi mengetik di telepon pintar untuk mengurus bisnisnya tetapi Itulah ciri jasmani itu lari dari kecemasan dengan menguburnya dalam aktivitas anggapan umum orang bilang tulisan hideger kematian pasti datang tetapi sementara ini belum dengan tetapi ini orang menyangkal kepastian kematian dengan begitu orang menyelubungi kekhasan ke pasien kematian bahwa ia mungkin setiap saat dengan menganggapnya sebagai hal umum yang niscaya ciri kemungkinannya bilang sehingga tak perlu dijelaskan lagi di sini orang tidak hanya lupa akan adanya melainkan juga lupa akan kemungkinan ketiadaannya.

Bagaimana dengan desain yang otentik ia akan menyongsong kematiannya sebagai kemungkinannya sendiri untuk sikap otentik itu hedegan menciptakan istilah vorlaufen arti kata ini adalah lari ke depan kita bisa mengartikannya sebagai antisipasi mengantisipasi kematian menjadi manakala kita menjadi keterlambatan dalam kecemasan eksistensial yaitu Saat krisis untuk mengambil keputusan penting menentukan arah hidup bahwa kita menjadi kesendirian dengan diri kita sendiri pada saat itu hal itu merupakan antisipasi kematian itu terjadi manakala kita menyadari keterlambatan dalam kecemasan eksistensial yaitu Saat krisis untuk mengambil keputusan penting yang menentukan arah hidup bahwa kita menjadi sendirian dengan diri kita sendiri isolasi ini Demikian heideger menguap bahwa segala ada pada kesibukan sehari-hari dan setiap kebersamaan dengan orang-orang lain tidak berfungsi lagi jika itu menyangkut kemungkinan yang paling asli keputusan menjadi otentik jika mengantisipasi kematian yaitu kalau keputusan itu tidak disesali menjelang kematian Bagaimana kematian dan keputusan eksistensial berhubungan satu sama lain keputusan selalu mengantisipasi yang akan datang kita boleh dihadapkan dengan kemungkinan kita sendiri atau harus lompat ke dalam kemungkinan itu sikap berani menghadapi kemungkinan yang paling khas Ini lain daripada sikap membuka diri terhadap kematiannya sendiri karena dengan kematian kita dihadapkan dengan kemungkinan kita yang paling singular jadi aku autentik tidak hanya dalam obrolan ataupun membiarkan diri diseret keinginannya untuk tahu urusan orang lain melainkan berupaya memahami keterlantarannya dan bercakap-cakap secara eksistensial dengan rancangan hidup dengan mengantisipasi kematiannya desain tidak hanya menyadari terbenamnya di dalam jasmani atau keseharian melainkan juga di bawah kepada kemungkinannya untuk menjadi diri sendiri inilah yang mengalami kebebasan eksistensial yang menurut herider tak lain daripada kebebasan menuju kematian (Freiheut zum Tode).

e.. Moralitas atau Natalitas (manusia yang memiliki haran dalam memeprsiapkan kematiannya)

            Berada dalam dunia sebagai berada menuju kematian merupakan sebuah pendirian ontologis yang meyakinkan pertama kematian memiliki ciri keniscayaan tidak dapat dielakan oleh siapapun sebagaimana keterlantaran kematian juga merupakan faktivitas kedua kematian merupakan tetapi Horizon eksistensi desain sebagai berada di dalam dunia dalam arti ini benar bahwa eksistensi desain tidak awal dibayangi oleh kematiannya sedegan adalah salah seorang filsuf barat yang merenungkan kematian secara radikal dan menempatkannya di pusat eksistensi manusia.

Gila kematian sebagai tepi Horizon eksistensi manusia yang ia sebut berada Menuju Akhir memaknai eksistensi manusia kematian menjadi dasar memakna eksistensi ataupun secara eksistensi tidak lain daripada kematian tindakan dengan demikian moralitas mendapat prioritas atas eksistensi pandangan ini membuat harapan manusia menjadi tidak masuk akal karena berpikir dengan kesia-siaan tidak ada yang lebih absurd daripada berada untuk tiada perspektif ontologis akan berubah bila eksistensi tidak dimaknai dari kematian melainkan dari harapan harapan selalu merupakan pelampawan ketiadaan maka di dalamnya eksistensilah yang mendapat prioritas moralitas yang sekalipun berada menuju kematian manusia memiliki harapan melihat kematian KUA berada Menuju Akhir secara berbeda-beda daripada manusia yang tidak berharapan bukan kematian makna eksistensi yang melainkan eksistensi memaknai kematiannya bahkan dengan makna yang melampaui keberagaman

pemahaman atas eksistensi manusia tentu sangat berbeda bila alih-alih kematian kelahiran ditempatkan pada pusat eksistensi juga kalau kelahiran dipandang sebagai keterlantaran kelahiran memberi makna yang berbeda pada eksistensi karena dalam kelahiran ada permulaan baru Maka fenomena harapan dapat diletakkan di sana dalam natalitas ekstensi mendapat prioritas atas moralitas manusia tidak lahir sekali saja sejauh kita memahami kelahiran sebagai kemampuan untuk memulai sesuatu secara baru memang aliran biologis itu sekali saja tetapi secara eksistensial manusia bisa lahir berkali-kali Karena manusia mampu memulai lagi berkali-kali yaitu dengan bertindak pendirian berbeda dari dapat kita temukan dalam pemikiran orang yang sangat dikenal oleh Tuhan dengan menempatkan Natalis di pusat eksistensi berada dalam dunia tidak perlu dipahami sebagai berada menuju kematian melainkan sebagai beranda untuk  memulai lagi.

BAB 6

  •  Menjinakkan Waktu Dengan Mencandra Keseharian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun