Kebijakan dividen adalah kebijakan yang mengatur pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham. Terdapat beberapa bentuk kebijakan dividen, antara lain:
Kebijakan Dividen Penuh (Residual Dividend Policy): Dalam kebijakan ini, perusahaan hanya membayar dividen setelah memenuhi semua kebutuhan pendanaan internal untuk investasi yang menguntungkan. Dividen hanya dibayarkan dari sisa laba setelah semua proyek investasi yang layak dibiayai.
Kebijakan Dividen Stabil (Stable Dividend Policy): Perusahaan berusaha untuk menjaga pembayaran dividen pada tingkat yang relatif stabil dari tahun ke tahun, meskipun laba perusahaan berfluktuasi. Kebijakan ini memberi sinyal stabilitas kepada investor.
Kebijakan Dividen Tinggi (High Dividend Policy): Perusahaan memilih untuk membayar dividen dalam jumlah besar, sering kali lebih tinggi dari yang diharapkan berdasarkan laba yang dihasilkan.
Kebijakan Dividen Rendah atau Tidak Membayar Dividen (Low or No Dividend Policy): Perusahaan tidak membayar dividen atau membayar dividen yang sangat kecil, lebih fokus pada reinvestasi laba untuk pertumbuhan dan ekspansi perusahaan.
2. Teori-teori Kebijakan Dividen
Beberapa teori ekonomi dan keuangan mengemukakan alasan dan konsekuensi dari kebijakan dividen yang berbeda:
Teori Modigliani-Miller (MM) (1958): Dalam kerangka teori Modigliani dan Miller, yang mengabaikan pajak dan biaya transaksi, keputusan pembagian dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Mereka berargumen bahwa nilai perusahaan hanya dipengaruhi oleh pendapatan yang dihasilkan oleh aset perusahaan, bukan oleh bagaimana laba dibagi antara dividen dan reinvestasi. Menurut teori ini, keputusan dividen tidak memiliki dampak langsung pada harga saham atau nilai perusahaan.
Teori Keagenan (Agency Theory): Teori keagenan berfokus pada hubungan antara manajer perusahaan (agen) dan pemegang saham (prinsipal). Pemegang saham sering kali menginginkan agar laba perusahaan dibagikan dalam bentuk dividen agar mereka dapat memantau aliran kas perusahaan. Sementara itu, manajer mungkin lebih suka menahan laba untuk investasi yang dapat meningkatkan ukuran dan kekuatan perusahaan, yang berpotensi meningkatkan penghasilan pribadi mereka. Pembayaran dividen yang konsisten dapat mengurangi potensi masalah keagenan, dengan memastikan bahwa laba yang dihasilkan didistribusikan kepada pemegang saham dan tidak digunakan untuk kepentingan pribadi manajer.
Teori Signaling: Teori signaling menyatakan bahwa keputusan untuk membayar dividen dapat menjadi sinyal penting bagi investor mengenai prospek masa depan perusahaan. Misalnya, perusahaan yang meningkatkan pembagian dividen mungkin dipandang sebagai perusahaan yang tumbuh dengan baik dan memiliki prospek keuangan yang stabil. Sebaliknya, pengurangan dividen bisa dipandang sebagai sinyal buruk tentang kondisi keuangan atau prospek pertumbuhan perusahaan.
Teori Preferensi Keuangan (Bird-in-the-Hand Theory): Teori ini berpendapat bahwa investor lebih menghargai pembayaran dividen yang lebih tinggi karena pembayaran dividen memberi mereka "kepastian" pendapatan di masa depan. Dengan kata lain, menurut teori ini, investor lebih memilih dividen yang dibayarkan sekarang daripada kemungkinan keuntungan modal di masa depan yang lebih tidak pasti. Oleh karena itu, perusahaan yang membayar dividen tinggi dipandang lebih berharga oleh investor yang menginginkan kepastian pendapatan.