Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dalam Diam yang Menyakitkan

21 Agustus 2024   16:18 Diperbarui: 21 Agustus 2024   16:20 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selama prosesi, ketegangan sedikit mereda saat mereka melihat kedua adat bisa bersatu dalam harmoni. Namun konflik kecil kembali muncul saat diskusi tentang tarian tradisional di resepsi. Keluarga Jawa menginginkan tari Gambyong sementara keluarga Sulawesi menginginkan tari Paduppa.

Maya dan Arman yang sudah lelah dengan berbagai kompromi, akhirnya mengambil keputusan yang berani. "Kami akan menari bersama dengan dua tarian ini sebagai simbol persatuan," kata Maya dengan tegas.

Saat malam tiba resepsi berlangsung meriah. Maya dan Arman membuka acara dengan tari Gambyong diikuti tari Paduppa. Para tamu terpesona dengan bagaimana kedua budaya ini bisa bersatu dalam satu perayaan yang indah.

Pak Santoso dan Ibu Ririn, serta Pak Imam dan Bu Yulia, akhirnya melihat bahwa kompromi dan saling menghargai adalah kunci untuk menyatukan perbedaan. Mereka menyaksikan dengan bangga saat Maya dan Arman berdiri bersama, menerima ucapan selamat dan doa dari para tamu.

Di tengah resepsi, Raka dan Andi, yang masih merasakan perasaan campur aduk, mendekati Maya dan Arman. "Kalian berdua berhasil melakukan sesuatu yang luar biasa. Kami bangga pada kalian," kata Raka dengan tulus. Andi menambahkan, "Kami berharap kalian berdua selalu bahagia. Apa pun yang terjadi, kami akan selalu mendukung kalian." Maya dan Arman merasa terharu dengan dukungan teman-teman mereka. "Terima kasih, Raka, Andi. Dukungan kalian sangat berarti bagi kami."

Setelah malam resepsi yang penuh kehangatan dan kebahagiaan, Maya dan Arman memulai kehidupan baru mereka sebagai pasangan suami istri. Mereka menjalani hari-hari mereka dengan penuh rasa syukur dan saling mendukung. Maya dan Arman memutuskan untuk memulai kehidupan mereka di kota tempat mereka berdua bekerja, sementara mereka tetap sering mengunjungi keluarga di Jawa dan Sulawesi. Dengan kehidupan yang sibuk dan tanggung jawab baru, mereka terus berusaha menjaga komunikasi dan keterhubungan dengan kedua keluarga mereka.

**********

Beberapa bulan setelah pernikahan, Maya dan Arman merencanakan liburan kecil untuk bersantai dan mempererat hubungan mereka. Mereka memilih untuk pergi ke sebuah pulau tropis yang tenang agar bisa melupakan rutinitas sehari-hari dan menikmati waktu berkualitas bersama. Selama liburan ini mereka menghabiskan waktu dengan melakukan aktivitas yang mereka nikmati, seperti snorkeling, hiking, dan hanya sekadar bersantai di pantai.

Suatu malam di pulau tropis, mereka duduk bersama di tepi pantai, menatap bintang-bintang dan mendengarkan deburan ombak. Maya berbicara dengan penuh rasa syukur, "Arman, aku sangat bahagia kita bisa melewati semua tantangan ini bersama. Aku merasa kita semakin kuat sebagai pasangan."

Arman meraih tangan Maya dan memandangnya dengan penuh cinta. "Aku juga merasa sama, Maya. Kita telah menghadapi banyak hal bersama dan aku yakin kita bisa menghadapi apa pun yang datang di depan kita." Setelah liburan yang menyenangkan, mereka kembali ke rutinitas sehari-hari dengan energi baru. Maya dan Arman terus mendukung satu sama lain dalam pekerjaan mereka, sambil tetap menjaga hubungan dengan kedua keluarga. Mereka sering video call dengan keluarga untuk berbagi kabar dan tetap dekat meskipun jarak memisahkan mereka.

Pak Santoso dan Ibu Ririn, serta Pak Imam dan Bu Yulia, merasa sangat bahagia melihat anak-anak mereka menjalani kehidupan yang penuh kebahagiaan dan saling mendukung. Mereka sering berkumpul untuk berbagi cerita dan merayakan momen-momen penting dalam kehidupan Maya dan Arman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun