Mohon tunggu...
Lilis Puspitosari
Lilis Puspitosari Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD

Menulis apa yang terjadi di sekitar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Kecil Penunggu Pohon Gayam

6 Juli 2019   19:44 Diperbarui: 6 Juli 2019   19:54 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Le, ojo ngeyel yo" salah satu orang tersebut mulai tidak sabar dengan tingkah Tirta.  Segera Tirta didekap dan orang-orang mulai menggergaji pohon gayam itu

Tirta semakin histeris, sekarang kemarahannya bertambah dengan air matanya bercucuran.   Aku ikut menangis.  Lalu nenekku datang tergopoh-gopoh dan memelukku. 

"Tidak......jangan ditebang pohonnya....nanti Peri Penunngu Sendang marah dan pergi" teriak Tirta mulai putus asa ".Lik jangan lik, Niraaaaa......ayo bantu aku, kita jaga pohon ini Nira" Tirta menoleh kepada dengan pandangan memohon.  Aku semakin takut bersembunyi dibelakang nenekku.

Gergaji itu semakin dalam memotong pohon itu dan suara Tirtapun semakin habis hanya tinggal tangisannya saja.  Lalu pohon pertama roboh dan Tirtapun pingsan. 

Lalu nenek menggendongku pulang ke rumah, tidak jadi pergi ke sawah.

Seminggu kemudian nenek mengajakku ke sawah dan menawariku lewat jalan lain, tapi aku menolaknya.  Aku memilih melewati sendang itu.  Aku ingin bertemu dengan Tirta.  Namun begitu sampai ke tempat itu ternyata suasananya sudah berubah, tempat yang  biasanya teduh menjadi terang benderang karena dua pohon gayam yang menaungi sudah ditebang. 

Orang-orang sudah mulai membuat pondasi di sekeliling sendang.  Pondasi itu berbentuk piramida terpotong.

Aku memanggil-manggil Tirta, namun tidak ada jawaban

"Lik, apa lihat Tirta " tanyaku kepada Pak Tukang

"Ndak Nak, sudah seminngu ini Tirta tidak terlihat main kemari"

Esoknya aku minta lewat jalan yang sama, sambil tetap berharap bisa bertemu Tirta, ternyata sampai aku masuk sekolah SD aku tidak pernah bertemu lagi dengan Tirta.  Tirta seperti hilang ditelan Bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun