Mohon tunggu...
Lilis Puspitosari
Lilis Puspitosari Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD

Menulis apa yang terjadi di sekitar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Kecil Penunggu Pohon Gayam

6 Juli 2019   19:44 Diperbarui: 6 Juli 2019   19:54 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Batang pohon itu beralur tidak teratur, percabangannya merunduk, daunnya kaku menyerupai kulit, lonjong, dan daun muda berwarna pink. Aku mendongak ke atas memperhatikan buah pohon itu bulat seperti ginjal. Ah benar ini adalah pohon gayam. Pohon sebesar ini umurnya sudah berapa tahun ya.

Rasa penasaran yang tinggi membuatku berani mendekati pohon besar itu, ternyata di bawah pohon itu mengalir air yang cukup deras.  Melihat air yang bergolak itu tiba-tiba hatiku ikut bergolak dan sesak.  Sesosok bayangan laki-laki kecil yang sangat kukenal melompat ke dalam air di bawah pohon itu.

"Tir..... Tirta" aku memanggilnya dengan gemetar dan bayangan itu tetap saja tidak mendengar panggilanku.  Dia masih asyik berlompatan di dalam air.

"Tirta.....ini aku Nira" aku memanggilnya semakin keras dan mencoba semakin mendekat. 

Dia menoleh dan tersenyum melambaikan tangannya seakan menyuruhku mendekat.  Oh senyumnya masih sama seperti dulu.  Hatiku seperti meluap karena bahagia. Setengah berlari aku mendekatinya.....ketika tanganku hamper menyentuh tangannya, tiba-tiba aku merasa semuanya menjadi gelap.

"Bu, Bu Nira ....sadar Bu"

Aku membuka mata dan terlihat beberapa pasang mata memandangku kuatir.  Beberapa wali murid dan teman guru bahkan sudah menangis.

"Syukurlah" kata Bu Iis, sahabat dekatku " Bu Nira tadi pingsan dipinggir mata air itu, untungnya ada penjaga yang menolong"

"Ke mana Tirta?" tanyaku lemah

"Siapa Tirta Bu?"

"Anak kecil yang bermain di mata air itu" jelasku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun