Mohon tunggu...
Lilis Puspitosari
Lilis Puspitosari Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD

Menulis apa yang terjadi di sekitar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Kecil Penunggu Pohon Gayam

6 Juli 2019   19:44 Diperbarui: 6 Juli 2019   19:54 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah pondasi itu selesai, harapan warga desa air  ternyata meleset. Mata air itu sekarang mengeringdan mati. Beberapa orang saling menyalahkan karena  pohon gayam tempat bernaungnya sendang itu ditebang.  

Mereka mulai menyebut nama Tirta sang penunggu pohon gayam yang ikut menghilang. Program desa untuk pengadaan sumber air bersih gagal.  Bangunan berbentuk piramida terpotong itu tinggal menjadi bangunan tanpa fungsi. Air yang dulu mengalir deras sekarang tidak setetespun keluar.  Tempat itu seperti kehilangan kewibawaan

"Orang-orang kehilangan tempat berteduh, tempat bermain dan sumber air,  sementara aku kehilangan seorang sahabat"  aku mengakhiri cerita.

Tiga  Bulan Kemudian

Hari ini lembaga kami mendapat undangan untuk menjadi peserta seminar dengan tema "Pemuda yang Menginspirasi".  Karena yang punya  waktu leluasa aku, maka diutuslah aku untuk berangkat. Sebenarnya aku malas datang  ke acara seminar itu karena mengikuti berbagai seminar kadang isinya hanya begitu-begitu saja.  

Ketika seminar saja rasanya semangat untuk melakukan perubahan tapi begitu selesai dan disibukkan aktifitas di sekolah rasanya lupa semua dengan hasil seminar.  Tetapi karena ini undangan gratis dengan peserta terbatas dan tempatnya di hotel rasanya sayang untuk dilewatkan, anggap saja perbaikan gizi.

Begitu sampai tempat seminar ternyata sudah dimulai.  Aku berlarian dan mencari tempat duduk.  Ternyata tempat duduk yang tersedia tinggal yang didepan...duhhh gimana nih. 

"Mbak yang baru datang silahkan duduk di kursi paling depan" kata moderator "Kalo di luar negeri orang berebut duduk paling depan, kalo di Indonesia orang berebut duduk paling belakang, jadi bagaimana bangsa Indonesia akan memimpin  dunia kalo generasi mudanya seperti ini? " lanjutnya

"Duh belum apa-apa sudah disindir".

Akhirnya aku mendapat tempat duduk di depan, persis di depan salah satu dari 4 pembicara.  Moderator memperkenalkan keempat pembicara yang pertama adalah pemuda yang menginspirasi dalam bidang pendidikan, lingkungan hidup, wirauasaha dan  sosial.

Pembicara yang pertama adalah seorang perempuan muda yang mengajar anak-anak suku pedalaman.  Dia menceritakan tentang perjuangan dan dedikasinya kepada peserta didiknya. Mengajar tanpa fasilitas memadai dan gaji, serta halangan lainnya tapi semua itu tidak menyurutkan langkahnya untuk mengabdi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun