Mohon tunggu...
Lilis Puspitosari
Lilis Puspitosari Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD

Menulis apa yang terjadi di sekitar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Kecil Penunggu Pohon Gayam

6 Juli 2019   19:44 Diperbarui: 6 Juli 2019   19:54 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini aku membawa murid-murid Paudku ke Taman Wisata Wendit di Mangliawan Kabupaten Malang.  Tempat wisata yang masih asri dengan pohon-pohon besar yang menjulang tinggi.  

Menurut cerita, Wendit berasal dari kata "wendito" yang berarti pendito/pendeta. Jaman dahulu ada pergeseran Gunung Widodaren yang merupakan salah satu gunung dalam gugusan Pegunungan Bromo.  

Pergeseran itu membuat masyarakat Suku Tengger mengalami kesulitan mengambil air suci yang berada di mata air Widodaren disebabkan lerengnya menjadi curam. 

Para Pendito Suku Tengger mendapatkan wahyu bahwa percikan air Widodaren mengarah ke Malang. Karena Malang sangat luas para pendito itu bersemedi lagi di bukit Mangliawan lalu keluarlah mata air yang dinamakan Wendito atau Wendit sampai sekarang. 

Beberapa orang masih mempercayai bahwa Mata Air wendit sama sucinya  dan berkhasiat magis seperti mata air Widodaren di Bromo dan Mata Air di Pulau Sempu Malang Selatan. 

Mangliawan sendiri adalah nama tempat perkemahan Anoman dalam cerita Ramayana. Uniknya di Taman Wisata Air Wendit ini juga terdapat beberapa monyet yang mendiaminya. 

Monyet-monyet ini dipercaya sebagai punggawa Kerajaan Tengger yang menjaga mata air tersebut. Monyet-monyet tersebut adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang sekarang menjadi icon Taman wisata Wendit.  Jumlah monyet itu sekarang lebih dari 100 ekor.

Begitu kami masuk langsung disambut para monyet itu.   Monyet itu ada yang bergelayutan di pepohonan, ada yang bercanda dengan sesame monyet, ada yang bengong sambil menggendong bayinya ada juga yang berani mendekati kami dan menggoda muridku. Muridku ada yang histeris takut, ada yang malah gemes mendekat, ada yang diam saja tapi tangannya menggenggam erat ibu gurunya. 

Kami tetap berjalan turun ke bawah sampai ke tempat pemandian khusus anak-anak. Muridku gembira,  mereka langsung berlarian  bermain air.  Orangtua yang ikut mengantar pun ikut bergembira menemani anaknya bermain air.  

Melihat semua sudah dalam kendali yang baik, aku memilih survei obyek yang lainnya, supaya ketika anak-anak selesai bermain air, ada pilihan kegiatan lainnya.

Suasana yang asri, pohon-pohon besar yang menjulang tinggi seperti membuatku de ja vu. Aku melihat di depan ada pohon yang sangat besar dibandingkan pohon yang kutemui sebelumnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun