Mohon tunggu...
David Hukom
David Hukom Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seseorang yang ingin berkreasi kesenian sebebas-bebasnya di bidang tulis menulis atau seni apapun

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Bulan, Penyair, Puisi

4 Oktober 2013   16:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:00 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka biar, suka duka, derita, kelam, petang bahagia,

Hanyalah menjadi urusan hati.

Terdengar tepukan tangan riuh rendah ramai di kedai sore itu. Sang penyair membungkukkan badannya dan bersiap pergi.

“Duhai penyair, secepat itukah engkau berpuisi? Padahal hati belum lagi terobati. Ceritakan pada kami tentang rasa rantau rantai rindu pada kekasih” teriak pemilik kedai setelah meloncat ke atas meja.

Marc menoleh dan tersenyum, “Rindumu adalah pengganti pembayaaran bagi sakit yang meradang, maka biar aku bacakan untukmu untaian sajak yang tak akan lagi kubaca ulang”

* Jemariku menyentuh kaca, dingin.

Bulir hujan menempel dari luar.

Bulatan bening, memantul warna.

Dingin menyibak.

Sadarku memberontak.

Aku terpekur pada suatu masa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun