Mohon tunggu...
Pijar88 Hd
Pijar88 Hd Mohon Tunggu... lainnya -

tinggal di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Nyata Gadis Dua Jiwa

4 Oktober 2014   20:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:23 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Kamu orang aneh, aku sudah tak nyaman lagi tinggal serumah denganmu.”

Kata-kata itu terdengar sangat menyakitkan bagiku. Mbak Andri yang membawaku ke sini, mbak andri pulalah yang kini memusuhiku. Mbak Andri yang kini jauh berbeda dari mbak Andri yang kukenal beberapa tahun lalu;

Ketika itu aku baru saja istirahat setelah seharian ngamen bersama temanku, di sebuah kota kecil di Bandung. Aku sengaja berteduh di emperan sebuah toko. Temanku ada urusan lain hingga ditinggalkannya aku sendiri di depan toko yang sedang sepi pengunjung itu. Tak jauh dariku, beberapa orang pejalan kaki tampak sedang berteduh juga.

“Suaramu bagus dik,” kata seseorang di belakangku. Perempuan dengan mantel hujan. Aku tak begitu memperhatikannya, kulempar senyum sekilas kepadanya. Sudah banyak yang mengatakan kalau suaraku bagus hingga aku tak begitu peduli akan pujian yang seperti itu.

Orang itu mendekatkan dirinya kepadaku. Dia lalu membuka kerudung mantel hujannya. Tampaklah rambutnya yang hitam dengan potongan pendek. Wajahnya tampak putih. Bibirnya menyunggingkan senyum manis. Kukira usianya jauh di atasku.

“Hujan tak henti-henti,” gumamku.

“Wajahmu cantik dan kulitmu bersih. Kenapa kamu ngamen dik?” perempuan itu kembali berbicara.

Aku menjawab sekenanya. Seperti ada kecocokan diantara kami hingga tak terasa kami terlibat obrolan panjang. Perempuan itu mengenalkan dirinya, dia baru saja melakukan Wawancara untuk pekerjaan baru. Pembicaraan kami selesai ketika hujan berhenti mengguyur. Langit kembali cerah dan kamipun berpisah.

Dua hari setelah pertemuan itu, kami kembali bertemu. Mbak Andri mengajakku makan di sebuah warung padang. Aku bisa merasakan baiknya sifat mbak Andri dari cara bicaranya yang lembut tetapi tegas.

“Kalau mau, ikut saja denganku ke kota Bogor. Nanti kamu bisa cari kerja di sana,” mbak Andri menawariku”

“Aku hanya lulusan SMA mbak, lagi pula aku tak punya keahlian lain.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun