“Kamu mas…?” Ucapku lirih.
“Ya, aku Ratno sahabatmu. Tolong aku Rann, cuma kamu yang bisa mendengar keluh kesahku,”
“Ap, apa yang bisa kulakukan?”
“Tolong aku… Aku tersiksa. Panaaass….”
Kucoba memejamkan kedua mataku tapi tak bisa. Bau harum bunga setaman bercampur bau busuk tiba-tiba mengaduk-aduk isi perutku. KIni aku bisa menggerakkan kembali persendianku yang sejurus lamanya terasa terkunci. Seketika aku memuntahkan cairan dari mulutku. Aku muntah begitu banyak.
“Bukakan plastik dari tubuhku, bukakan plastik dari tubuhku…”
“Hah.., bagaimana caranya?”
“Kamu bisa Rani, kamu bisa melakukannya…”
Sekejab setelah mengucapkan kata-kata itu, sosok putih itupun menghilang. Sosok menyeramkan yang membuatku teringat kepada seseorang.
Hidungku mendengus-dengus oleh bau wangi bercampur busuk yang tertinggal di tempatku berdiri. Kembali aku muntah-muntah, begitu banyak.
Tergesa-gesa aku masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rapat-rapat. Jendela kamarpun langsung kututup. Aku tak ingin hidungku kembali membaui percampuran bau yang membuat perutku terasa mual.