"Re, ini ada titipan dari Bu Suci." Kata lelaki yang di seberang gerbang sana. Samar aku dengar, suaranya terbawa deras hujan.
"Oh iya, Pak. Tapi mama mana ya?" tanyaku karena tak melihat mama pulang.
"Mending panggil dulu nakes terdekat buat bantu pasang oksigennya, Re."
Lelaki itu benar. Papa perlu oksigen itu secepatnya. Tapi darimana dia tau namaku?
Aku menelepon tenaga medis yang siaga di depan pos bantuan. Tenang rasanya melihat papa bisa bernapas lebih lega.
"Pak, maaf bapak ini siapa ya?" tanyaku karena tak pernah mengenal lelaki itu sebelumnya.
"Saya dokter Dinan. Teman Suci sejak SMA. Dia minta tolong saya untuk antarkan tabung oksigen ini. Katanya papamu perlu."
"Ohh,, lalu mama mana Om?" Â tanyaku cemas.
"Suci di rumah sakit, Re. Di ICU." Jawaban Om Dinan rasanya membuat seluruh tubuhku kaku.
"Suci kecelakaan tunggal waktu pulang dari tempat Om, Re. Om masih belum dapat update tetang perkembangan mama kamu. Tadi waktu Om ketemu mama kamu, dia cuma minta Om buat buru-buru ke sini. Gini aja Re, Om balik dulu ke rumah sakit. Entar dari sana kita video call-an, yah. " Sambung Om Dinan.
Aku kehilangan cara untuk menyampaikan kabar ini pada papa dan adik-adikku. Aku takut kondisi papa semakin menurun. Tapi mereka juga berhak tau.