"Kamu semalam dari mana, Fa? Kenapa aku nggak boleh ikut?" Arumi bertanya sambil mengunyah makanan di mulutnya.
"Telanlah dulu makanan di mulutmu. Nanti kamu tersedak." suara Arumi bahkan terdengar seperti huruf O semua.
Arumi tersenyum menutup mulutnya dengan tangan kirinya. Gayanya persis seperti anak kecil.
"Kamu sudah sebesar ini, tidur kok masih gengam ujung bantal, Mi."
Wajah Arumi memerah. Hafa menggodanya seperti anak kecil.
"Fa, aku pikir aku sudah terlanjur nyaman di kamarmu ini. Selesai sarapan, aku pulang ambil sisa barangku ya, Fa. Boleh kan?"
"Aku ikut, ya. Biar cepat..." jawab Hafa bersemangat.
Mereka bergegas. Cuaca agak mendung pagi itu. Matahari sesekali terasa hangat, sesekali bersembunyi.
"Mi, kamu yakin mau tinggal denganku di kamar kost yang seadanya? Kamar kostmu ini kan nyaman sekali. Di kamarku tak ada AC, Mi. Hanya kipas angin butut."
"Aku lebih butuh kamu di saat-saat seperti ini, Fa. Ketimbang AC!"
Mereka berusaha mengepak barang-barang Arumi secepatnya. Cuaca sedang cerah berawan.