Mohon tunggu...
Piccolo
Piccolo Mohon Tunggu... Hoteliers - Orang biasa

Cuma seorang ibu biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Binar Mata Ayah

7 Mei 2020   22:36 Diperbarui: 7 Mei 2020   22:43 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tidak. Sama sekali tidak."

Hafa memperhatikan perubahan wajah Arumi. Ada kantung air mata di bola matanya. Dan Hafa baru sadar. Warna kedua bola mata Arumi tidak sama. Cokelat di selah kanan, coklat kehitaman di sebelah kiri.

"Papaku melakukan semua itu padaku, Fa. Dia sering memukulku waktu aku kecil. Mendorongku sampai aku terjatuh dan terbentur ujung meja. Dan mata kananku buta sejak hari itu."

Hafa tak bertanya apa pun. Dia tahu yang dibutuhkan Arumi hanya pelukan. Dia meraih tubuh Arumi ke dalam peluknya.

"Batinku terpukul di awal-awal mata kananku tak bisa melihat lagi. Mamaku menceraikan papa setelah kejadian itu. Aku sempat trauma sampai harus menjalani therapi dengan psikolog anak. Tapi entah kenapa, setelah bertahun-tahun hidup dengan baik berdua saja dengan mama, mama memutuskan untuk rujuk dengan papa. Itu kenapa aku lebih memilih tinggal sendiri ketimbang harus bersama mereka."

Sebelumnya Hafa tak pernah berpikir Arumi punya kisah sesedih ini. Di mata Hafa, kehidupan Arumi begitu tercukupi.

"Oh ya, Fa. Ini lelaki yang dulu mendonorkan mata kanannya untukku. Namanya Walden. Sampai sekarang aku masih meyimpan fotonya." Arumi menunjukkan fotonya bersama lelaki separuh baya yang ada di layar hp nya.

Air mata Hafa tumpah. Sekarang dia paham kenapa mereka begitu terikat. Rahasia yang disimpan semesta selama ini terjawab.

"Dia ayahku, Mi."

Sekarang aku paham. Ayah benar! Dia tak pernah meninggalkanku. Dia bahkan menuntun mata ini agar bisa tetap menatapnya. Ternyata ada bagian dari Ayah yang begitu dekat denganku sudah selama bertahun-tahun ini. Dia tepati janjinya.

Hafa melihat Arumi tersenyum. Kali ini dia tak hanya melihat senyum Arumi. Dia juga melihat Ayahnya tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun