Hafa mengambil rantang kecil yang berisi nasi hangat dan ikan asin sambal yang sejak tadi sudah disiapkannya. Dia bergegas ke emperan ruko yang ada di depan gang. Dia tak ingin Arumi menunggu terlalu lama.
"Bu, Hafa datang. Ayo makan, Bu..." Hafa menghampiri seorang wanita tua yang duduk di atas kardus.
"Itu kamu, Nduk?" Perempuan tua itu sudah tidak bisa melihat jelas, apa lagi di malam hari seperti ini. Tapi indra pendengarnya masih bekerja dengan baik.
"Iya, Bu."
Bu, Hafa tidak tahu sampai kapan Hafa bisa mengantar makanan untuk Ibu. Tapi, berjanjilah. Ibu akan tetap baik-baik saja kalau pun Hafa tidak datang ke sini.
Lirih hati Hafa berucap. Hafa memperhatikan perempuan tua itu dengan hati pilu. Sesekali tangannya menghapus air mata di ujung matanya.
"Nduk,, Ibu sudah selesai makan." Perempuan tua itu mengembalikan rantang yang kosong.
"Ini minum Ibu. Hafa sudah buka segelnya." Hafa menyodorkan botol air minum kemasan.
Sepanjang percakapan mereka, tangan perempuan tua itu terus meraba kesana kemari.
"Bu, Hafa harus cepat pulang." Hafa pamit sambil memakaikan sepasang kaos kaki untuk perempuan tua itu.
Hafa mempercepat langkahnya. Arumi sudah menunggu.