"Fa, jangan goyang-goyang. Entar jatuh nih." Suara Arumi samar terbawa angin, tapi Hafa masih bisa menangkap yanng disampaikan Arumi.
"Maaf, Mi." Hafa sesekali harus melepas tangan kanannya dari samping kardus untuk menghapus air matanya yang mendesak ingin turun deras.
Arumi bukan cuma teman sekantor buat Hafa. Terkadang, dia sering secara mendadak terikat dengan Arumi. Entah apa alasannya. Mungkin semesta sedang menyembunyikan rahasia besar yang tak mereka pahami.
"Fa, kamu nggak mau turun?! Mau diboncengan sampai kapan, Fa?" Arumi menyadarkan Hafa dari lamunan.
Hal aneh untuk Hafa mengapa Arumi memilih kost ketimbang pulang ke rumah ibunya yang juga tinggal di Jabodetabek. Setiap kali Hafa bertanya pada Arumi jawabannya selalu sama. Ingin belajar mandiri!
"Mi, kamu apa nggak lebih baik pulang ke rumah orang tuamu?"
"Aku sudah nyaman dengan hidupku sendiri, Fa." Jawab Arumi singkat.
"Fa, kostanku habis akhir bulan ini. Kamu mau nggak se-kost denganku? Aku pindah ke sini aja ya."
"Yang benar, Mi?" Sudah sejak awal Hafa bekerja di kantor yang sama dengan Arumi, Hafa menawarkan hal itu. Tapi Arumi selalu menolak.
Arumi hanya membalas dengan anggukan.
"Ya kalau gitu, barang-barang kamu ini taruh kamarku aja, Mi. Akhir bulan kan kita tinggal angkat sisanya saja."