Mohon tunggu...
Piccolo
Piccolo Mohon Tunggu... Hoteliers - Orang biasa

Cuma seorang ibu biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Binar Mata Ayah

7 Mei 2020   22:36 Diperbarui: 7 Mei 2020   22:43 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kost Arumi berbeda dengan kost Hafa. Tak perlu naik turun tangga untuk bisa sampai di kamar Arumi. Aksesnya mudah dicapai. Penjagaan keamanannya juga 24 jam sehari. Di parkiran lebih banyak berjejer mobil ketimbang motor.

Tepat setelah mereka sampai di "kost baru" Arumi, hujan turun deras. Mereka menata kamar ala perempuan. Tak ada pembagian area. Semua berbagi. Di kamar itu hanya ada satu lemari. Masih muat untuk menampung pakaian Arumi.

Bersama Hafa, Arumi mulai belajar mengerjakan pekerjaan rumah layaknya perempuan. Arumi tak pernah lagi mengirim pakaian kotornya ke laundry seperti biasa. Dia bahkan sudah bisa membedakan lengkuas dan jahe, merica dan ketumbar. Arumi mulai membenahi sholat lima waktunya yang berantakan selama ini. Diam-diam dia mulai malu melihat Hafa yang begitu taat, bahkan di kondisi buruk sekali pun.

Tak butuh waktu lama untuk Hafa merubah Arumi. Merubah Arumi tanpa melakukan apa pun. Virus kebaikan Hafa menular pada Arumi. Kurang dari sebulan mereka tinggal bersama, Arumi mantap mengenakan hijab. Dia tak pernah meninggalkan sajadah dan tasbihnya lagi. Hafa selalu menjadi alarm paling efektif untuk membangunkan Arumi ketika harus menunaikan sholat subuh.

"Fa, nanti sore aku mau ke toko hijab di blok M. Kamu mau ikut?"

"Kamu aja ya, Fa. Aku di kost aja."

Hafa hampir tak pernah bepergian sampai malam hari. Tak akan ada yang memberikan makanan kepada perempuan di emperan ruko itu.

Malam itu Hafa mengantarkan makanan untuk perempuan tua itu seperti biasa. Hafa tak pernah merasa takut soal pandemik yang sedang terjadi. Perempuan tua itu seperti sangat penting untuk dia perhatikan setiap malam. Di pagi sampai sore hari, perempuan tua itu biasa mengemis di tempat yang sama. Dengan wadah kecil dari potongan air minum kemasan.

Arumi berhenti di pinggir jalan, tepat di seberang ruko. Dia bisa melihat jelas Hafa di seberang sana. Dia melanjutkan laju motornya. Arumi tak ingin mengganggu Hafa. Dia paham, ada batas yang tak boleh dia tembus kalau Hafa tak mengijinkannya masuk.

"Udah lama sampai, Mi?" tanya Hafa begitu sampai di kost.

"Belum lama, Fa. Tadi aku lihat kamu di..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun