Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Alfred, Kurcaci yang Beruntung

26 Desember 2018   21:27 Diperbarui: 26 Desember 2018   22:30 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari https://www.pinterest.com

21 Desember

Setiap Desember menjelang Natal, kesibukan luar biasa terjadi di istana es Santa Claus di kutub utara yang dingin. Di ruang bawah tanah yang lebih hangat, puluhan kurcaci pembuat mainan bekerja sungguh-sungguh untuk memastikan anak-anak di seluruh dunia merayakan Natal mereka dengan hati gembira.

Di pos pembuat mainan nomor 12, Alfred bersama tiga kurcaci lainnya sedang merangkai mobil-mobilan tank. Mereka bertugas membuat, merakit dan mengecat mainan-mainan itu. Pos 12 dipimpin oleh Alfred, kurcaci pembuat mainan yang paling tua, terlihat dari seluruh rambutnya yang berwarna putih perak dan kacamata tebal yang bertengger di atas hidungnya. Sekalipun demikian, selama bekerja dia tidak menunjukkan tanda-tanda lelah. Malah masih bercanda dengan teman-teman kurcaci lainnya.

Di bagian belakang pos, tumpukan mobil-mobilan semakin banyak. Tingginya hampir tiga kali lipat tinggi para kurcaci.

Arthur, Kurcaci Supervisor Pembuat Mainan melintas cepat di depan pos mereka. Dia nyaris sama tuanya dengan Alfred, tapi gerakannya cukup lincah. Di tangan mungilnya tertumpuk perkamen-perkamen daftar spesfikasi mainan.

"Mr. Alfred, Doug, Stan, Rufus, bagaimana kabar kalian?" sapanya ramah sembari memperhatikan kelengkapan kerja kurcaci-kurcaci di depannya itu.

"Luar biasa, Arthur," timpal Alfred.

"Masih berapa mainan lagi?" tanya Arthur lagi.

Alfred berpaling kepada Doug, kurcaci yang paling muda di situ. Mereka memberinya tugas untuk menghitung berapa mainan yang sudah selesai dan berapa yang masih akan dikerjakan.

"Well, kami masih punya target 3.823 mainan lagi. Tapi jangan khawatir, besok malam semuanya bisa selesai," jawab Doug.

Arthur tersenyum lebar. "Kalian memang hebat! Baiklah aku akan melanjutkan---"

Senyumnya mendadak berhenti begitu memandang tumpukan mobil-mobilan tank di belakang Alfred.

"Siapa yang mengecat mobil-mobilan itu?" tanyanya panik.

"Apa warna merahnya terlalu menyala? Atau kami harus menambahkan beberapa hiasan lagi?" tanya Alfred.

"Bukan, Mr. Alfred."

Untuk meyakinkan dirinya, Arthur pun menelisik daftar spesifikasi pada perkamen paling atas di tangannya.

"Nah! Mobil-mobilan tank di Pos 12 mestinya berwarna hijau tentara, bukan merah ..."

"Benarkah?" tanya Alfred lirih. Lalu buru-buru mencari perkamen instruksi mobil-mobilan tank yang bercampur bersama perkamen instruksi lainnya. Begitu menemukannya, Alfred memperbaiki posisi kacamata dan membaca instruksi dengan seksama.

"Ya Tuhaaaan, Arthur benar. Bagaimana aku melewatkan hal yang penting ini?"

Kini rasa panik yang sama pun melanda empat kurcaci itu.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Stan.

"Mengecat ulang!" timpal Arthur.

"Yap, Arthur benar, Stan. Maafkan aku, tapi kita harus mengecat ulang semua mainannya," sambung Alfred.

"Alfred benar. Dua hari lagi, Tuan Santa akan melakukan inspeksi terakhir. Jangan sampai ada kesalahan sekecil apapun. Kalian tahu kan, Tuan Santa akan langsung tahu jika ada yang tidak beres pada mainan-mainan ini, bahkan jika satu buah sekrup hilang, dia akan tahu," ucap Arthur.

"Baiklah, tidak ada masalah. Ayo mengganti catnya ..." sambung Doug.

"Kalian akan terlambat berapa lama?" tanya Arthur.

Alfred menghitung cepat, terlihat dari kerutan yang bertambah di keningnya. "Kami akan terlambat ... 5 jam!"

"Baik, coba berikan daftar instruksinya." Arthur pun menarik napas panjang lalu berteriak keras-keras. "Piter! Bonnie! Kemari kalian!"

Tak lama kemudian, terdengar langkah-langkah terburu-buru dan dua kurcaci yang dipanggil muncul di depan pos 12.

"Ada apa, Arthur?"

"Pos kalian bekerja luar biasa tahun ini. Jadi kurasa tidak ada masalah jika aku menambahkan beberapa daftar mainan yang harus diselesaikan lagi," ucap Arthur lalu menyerahkan perkamen instruksi kepada kedua kurcaci itu.

"Tidak ada masalah, Arthur," sahut Piter.

"Yap, kami memang butuh sedikit tantangan," Bonnie mengedikan sebelah matanya pada Piter.

"Okey, sekarang kembalilah bekerja!"

Kedua kurcaci itu bergegas kembali ke pos mereka. Arthur pun berpesan kepada Alfred dan kawan-kawan.

"Begitu juga kalian, Kawan-kawan. Ingat, jangan sampai ada kesalahan lagi ..." lalu beranjak dari situ

---

Usai makan siang hari itu, Alfred bertemu Arthur di ruang supervisor. Ruang itu berukuran kecil, tapi dinding-dindingya penuh dengan tempelan kertas dan foto-foto para kurcaci. Arthur sedang mengamat-amati beberapa foto kurcaci di belakang meja kerjanya, saat Alfred masuk.

"Ada apa, Arthur?" tanya Alfred.

"Oh, silahkan duduk, Alfred," sahut Arthur. Saat Alfred sudah menempati kursi, Arthur mengeluarkan selembar surat dari dalam map kertas. "Ini tentang Surat Pensiun-mu ... Tuan Santa sudah menandatanganinya beberapa hari lalu."

Alfred sedikit terkejut. "Begitukah?"

"Ya, kami rasa memang tidak seharusnya menahan masa pensiunmu lebih lama lagi, Kawan. Mestinya sudah dari dua belas tahun lalu," jawab Arthur.

"Aku senang kok bisa terus bekerja, berkreasi, membuat anak-anak bahagia."

"Tentu saja, kami masih membutuhkan bantuanmu sampai ... besok malam, Alfred. Setelah itu, kamu boleh menikmati masa pensiun dengan tenang. Di mana?"

 "Sunfillage, Arthur. Desa kurcaci di pedalaman Kamboja, desa tropis yang bermandikan sinar matahari sepanjang tahun," sahut Alfred dengan mata berseri-seri, seperti sedang memandang keindahan desa kelahirannya itu di depan matanya.

Arthur ikut tersenyum. "Kapan-kapan kamu harus mengajakku ke sana, Alfred."

"Tentu, Arthur," sahut Alfred sambil ikut tersenyum. "Masih ada lagi yang ingin kamu sampaikan?"

Arthur berdiri lalu mengulurkan tangannya, dibalas oleh Alfred. "Tidak ada lagi, Kawan. Senang bekerja sama denganmu selama 60 tahun terakhir ini. Kamu pantas mendapatkan gelar kurcaci terbaik selama 12 tahun. Itu sebuah rekor."

"Kamu terlalu memuji, Kawan. Kita semua senang bisa bekerja di sini, membantu Tuan Santa Claus, menebarkan kebaikan dan kebahagiaan kepada semua anak-anak di dunia."

"Kamu benar ..."

Keduanya pun meninggalkan ruangan supervisor untuk kembali bergabung bersama kesibukan para kurcaci di luar sana.

23 Desember

Kesibukan para kurcaci terhenti sejenak saat terompet inspeksi dibunyikan keras-keras. Sekarang pukul tiga sore. Setiap tahun, setiap tanggal 23 sore, Santa Claus akan turun ke ruang bawah tanah tempat semua mainan-mainan diproduksi.

Beberapa saat setelah terompet berhenti berbunyi, pintu lift terbuka dan Santa berjalan keluar lift. Janggut putih panjangnya melambai-lambai ditiup pengatur udara, seirama dengan gerak perutnya yang tambun. Sekalipun seluruh rambutnya memutih dan bertubuh besar, Santa masih terlihat sehat dan lincah. Senyumnya yang hangat tidak pernah berhenti tersungging. Di belakangnya nampak Walt, kurcaci tukang catat sekaligus asisten pribadi mengikutinya dengan setia.

Semua kurcaci pembuat mainan siap di depan posnya masing-masing menunggu Santa berkeliling untuk memberi komentar dan koreksi terakhir, jika ada, pada karya mereka. Setelah memasuki pos pertama, Arthur mengekor, berjalan di sisi Walt yang selalu siap dengan pena dan buku agenda super besar di tangannya.

Santa Claus mulai melakukan inspeksi dengan teliti.

"Paul, mata boneka Nutcracker di baris nomer 13 kurang hitam! Poles sedikit lagi ..."

"Patrick, kamu menumpahkan kopi lagi, ya?"

Kurcaci bernama Patrick di pos nomer empat terlihat bingung tapi sebelum sempat dijawab, Santa sudah menimpali, "Oh, aku pikir tumpahan kopi, ternyata kamu menambahkan warna cokelat yang baru pada rumah-rumahan itu. Aku suka ... lanjutkan saja."

"Ah, itu robot 3CPO, ya? Oh, maafkan mata tuaku, Ron. Itu Optimus Prime rupanya, warna birunya terlalu pucat. Ganti dengan cat biru nomor 13. Pasti keren!"

"Baik, Santa."

"Doug, kamu rapi sekali sore ini? Aku suka dengan warna hijau mobil-mobilan itu. Kerja bagus, Doug. Lanjutkan!"

Demikianlah, Santa Claus berkeliling sampai ke pos mainan paling terakhir, pos nomor 24. Dia terlihat cukup puas dengan pekerjaan para kurcaci.

"Sepertinya besok malam aku dapat mengudara tepat waktu..."

Walt dan Arthur mengangguk senang.

"Ngomong-ngomong, Arthur," ucap Santa lagi sebelum menekan tombol lift. "Aku tidak melihat Alfred. Apa dia sakit?"

"Alfred? Oh tentu saja tidak, Tuan Santa. Alfred sudah resmi pensiun sejak hari ini," sahut Arthur.

"Pensiun?" Santa menatap tak percaya. "Sayang sekali. Kurcaci pembuat mainan terbaik itu meninggalkan istanaku."

Santa sedikit menunduk agar wajahnya lebih dekat dengan wajah Arthur. "Apa dia melakukan kesalahan besar, Arthur?" tanyanya dengan nada suara dikecilkan.

"Tidak, Tuan. Dia hanya ... Aku rasa dia memang sudah saatnya pensiun. Well, dia memang penuh semangat dan dedikasi, Tuan tapi ... akhir-akhir ini dia semakin sulit berkonsentrasi. Sekrup mainan sering tertukar, semakin sulit membedakan jenis-jenis kayu, tangannya semakin lemah, sulit mengingat instruksi warna cat dan masih banyak lagi. Lagipula dia sekarang sudah berusia 132 tahun, Tuan."

Santa pun mengangguk-angguk paham. "Pertanyaan berikutnya. Apa aku sudah menandatangani surat pensiunnya?"

Arthur berpaling kepada Walt, diikuti oleh Santa.

"Ya, Tuan," Walt menjawab sambil mengangguk mantap. "Anda sudah menandatanganinya satu minggu lalu dan ... dua hari lalu aku melakukan disposisi suratnya ke Arthur."

"Oh..." Santa tertegun beberapa saat. Lalu tersenyum kembali ke arah Walt dan Arthur. "Baiklah, Arthur. Kerja keras kalian luar biasa. Sekarang kembalilah bekerja dan pastikan semua mainan dikemas dengan baik."

"Baik, Tuan Santa."

"Kita kembali ke ruang kerjaku, Walt. Sebentar mintalah Aubrey membuatkanku secangkir cokelat panas."

Setelah itu mereka kembali memasuki lift.

Arthur mengembuskan napas lega. Begitu pula dengan puluhan kurcaci yang mengamatinya dari jauh.

***

24 Desember 

Alfred telah menuntaskan dekorasi Natal di rumah mungilnya. Pohon natal yang penuh lampu-lampu warna-warni, selusin kaus kaki yang digantung dan beberapa mistletoe di pintu-pintu rumah.

Di rumah itu dia tinggal bersama dua orang keponakannya. Tapi saat ini mereka sedang bekerja paruh waktu di istana Santa Claus seperti kebanyakan kurcaci muda lainnya, terutama pada saat menjelang Natal seperti saat ini. Mereka baru akan kembali beberapa hari lagi.

Setelah selesasi mendekorasi, dia membuat makanan kesukaannya, omelette yang diberi toping mozzarella, disantap dengan stik daging kambing dan segelas penuh jus jeruk. Walaupun dia tidak muda lagi, gerakannya di belakang kompor masih cukup gesit.

Setelah menata makanan dan minuman di atas meja makan, terdengar ledakan kecil dari arah depan rumah. Alfred terkejut sampai hampir menumpahkan jus jeruknya.

"Apa yang terjadi?" gerutu Alfred lalu tergopoh-gopoh menuju ke pintu depan.

"Hohohoho....!" terdengar tawa khas yang berat dan menggelegar dari balik pintu.

Mata Alfred membulat di balik kacamatanya, "Tidak mungkin!" serunya sambil membuka pintu.

Dan dia tidak salah. Santa Claus saat ini sedang berdiri dengan wajah merona, mungkin karena cahaya matahari di luar sana, sambil membuka tangannya lebar-lebar.

"Alfreeeed, kurcaci kesayangannku. Kamu---"

Gubraak!!

Kepala Santa Claus membentur jenang pintu Alfred.

"Oh, maaf, Tuan, maaf. Pintunya---"

"Tidak perlu minta maaf, Alfred. Aku yang salah. Ini bukan pintu istana es. Hohoho!"

Santa pun masuk dengan sedikit menunduk dan sesampainya di dalam dia memeluk Alfred erat-erat beberapa saat. Saat Alfred terengah-engah bernapas, baru dia melepasnya.

"Kamu tidak pamit padaku, Alfred," goda Santa.

"Maaf tentang itu. Aku pikir ... Anda telah menandatangani suratnya, bukan?"

Santa Claus menepiskan tangannya, "Betul, betul. Ah, intonasimu mengingatkan aku pada Walt. Aku kesini hanya untuk memastikan keadaanmu baik-baik saja, Alfred. Terus terang, aku tidak terbiasa memandang pos 12 tanpa melihatmu di sana."

Alfred lalu mempersilahkan Santa Claus duduk di kursi yang nampak kekecilan untuknya.

"...tapi sepertinya kamu cocok dengan desa yang hangat ini, Alfred. Aku melihatmu lebih bugar dari biasanya," sambung Santa Claus lagi.

"Well, aku senang bertani, Tuan Sant. Mungkin itu yang membuatku lebih bugar. Tapi, bukankah anda seharusnya bersiap-siap, Tuan. Tak lama lagi mestinya anda sudah berada di atas kereta terbang untuk membagikan mainan ke seluruh dunia ..."

Santa terkekeh. "Tidak ada masalah. Aku masih punya dua portal sihir, aku bisa kemana saja dalam ... sekejab," sahutnya sambil memamerkan dua bola Kristal dari dalam saku mantelnya.

"Alfred, kurasa ini waktunya makan siang, bukan?"

Alfred terkejut lagi. "Ya, Tuhan! Tentu, Tuan. Aku baru saja akan makan siang. Tunggu sebentar, aku akan menyiapkan makan siang untuk satu orang lagi. Tidak akan butuh waktu la---"

"Tidak perlu, Alfred. Aku hanya bercanda, hohoho. Aku memang sedang terburu-buru. Tadi saat kutinggalkan, Rudolf sedang uring-uringan. Aku harus menengoknya segera!"

"Jadi?"

"Aku kesini untuk menawarkan tempat di sampingku, siapa tahu kamu tertarik."

"Tempat apa itu, Tuan"

Santa Claus tersenyum lebar sambil mengeja jawabannya pelan-pelan. "Kereta terbang yang akan mengudara malam ini. Kamu bersedia ikut? Jangan menolak, Alfred. Aku jarang sekali menawarkan kurcaci pembuat mainan terbang bersamaku di malam Natal."

Alfred terkejut. Tujuh detik kemudian, matanya berbinar-binar seperti sedang memandang lautan bintang di langit malam. "Ini seperti mimpi yang jadi kenyataan, Tuan Santa," sahutnya lirih. "Untuk tawaran yang satu ini, anda tidak sedang bercanda, kan?"

"Tentu tidak, Kawan," sahut Santa Claus lalu keduanya tertawa riang.

"Ayolah, bersiap-siap. Tapi ... habiskan dulu omelette dan stik daging kambingmu. Aku masih bisa menunggu beberapa waktu."

Alfred terkejut untuk kesekian kalinya. "Anda bahkan tahu menu makan siangku?"

"Ayolah, Alfred. Semua orang dapat mencium aroma makan siangmu yang lezat dari jarak satu kilometer. Aku bahkan bisa menciumnya dari istana es-ku."

***

Malam harinya, kereta terbang Santa Claus yang menarik belasan gerbong berisi mainan untuk anak-anak meninggalkan istana es menuju langit dengan sukses. Santa Claus tidak berhenti tertawa gembira karena sebentar lagi membagikan kebahagiaan untuk anak-anak di seluruh dunia. Di sampingnya, Alfred, kurcaci pembuat mainan terbaik yang pernah dimiliki istana es, duduk dengan sedikit tegang karena ini pengalaman terbang pertamanya. Tapi rasa gembiranya memandang bintang-bintang dari jarak yang lebih dekat, jauh lebih besar dari rasa takutnya.

"Pegangan yang kuat, Alfred. Kita akan melompati portal sihir menuju langit Afrika, tempat pertama kita malam ini!" seru Santa riang. Alfred mengangguk mantap.

Dari sakunya mantel merah menyalanya, Santa Claus mengeluarkan sebuah bola kristal. Benda itu dilempar jauh, ke depan iring-iringan Rudolf dan rusa terbang penarik kereta lainnya. Tak lama kemudian, bola Kristal itu berubah menjadi cahaya terang menyilaukan, pertanda portal sihir menuju tempat yang diinginkan telah siap. Rudolf dan kawan-kawannya pun menarik kereta terbang masuk ke dalam portal sihir tersebut.

Cahaya portal sihir meredup dan lenyap, menyisakan langit malam yang temaram dan syahdu. Cahaya bintang-bintang kembali terlihat. Di langit yang jauh dari situ, petualangan Santa Claus dan Alfred, Kurcaci yang beruntung, baru saja dimulai.

                                                                                                                                                   ------

Baca juga cerpen Natal lainnya:

Kehilangan di Istana St. Claus

Santa Claus Panik dan Rudolf si Rusa Terbang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun