Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Alfred, Kurcaci yang Beruntung

26 Desember 2018   21:27 Diperbarui: 26 Desember 2018   22:30 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari https://www.pinterest.com

"Well, aku senang bertani, Tuan Sant. Mungkin itu yang membuatku lebih bugar. Tapi, bukankah anda seharusnya bersiap-siap, Tuan. Tak lama lagi mestinya anda sudah berada di atas kereta terbang untuk membagikan mainan ke seluruh dunia ..."

Santa terkekeh. "Tidak ada masalah. Aku masih punya dua portal sihir, aku bisa kemana saja dalam ... sekejab," sahutnya sambil memamerkan dua bola Kristal dari dalam saku mantelnya.

"Alfred, kurasa ini waktunya makan siang, bukan?"

Alfred terkejut lagi. "Ya, Tuhan! Tentu, Tuan. Aku baru saja akan makan siang. Tunggu sebentar, aku akan menyiapkan makan siang untuk satu orang lagi. Tidak akan butuh waktu la---"

"Tidak perlu, Alfred. Aku hanya bercanda, hohoho. Aku memang sedang terburu-buru. Tadi saat kutinggalkan, Rudolf sedang uring-uringan. Aku harus menengoknya segera!"

"Jadi?"

"Aku kesini untuk menawarkan tempat di sampingku, siapa tahu kamu tertarik."

"Tempat apa itu, Tuan"

Santa Claus tersenyum lebar sambil mengeja jawabannya pelan-pelan. "Kereta terbang yang akan mengudara malam ini. Kamu bersedia ikut? Jangan menolak, Alfred. Aku jarang sekali menawarkan kurcaci pembuat mainan terbang bersamaku di malam Natal."

Alfred terkejut. Tujuh detik kemudian, matanya berbinar-binar seperti sedang memandang lautan bintang di langit malam. "Ini seperti mimpi yang jadi kenyataan, Tuan Santa," sahutnya lirih. "Untuk tawaran yang satu ini, anda tidak sedang bercanda, kan?"

"Tentu tidak, Kawan," sahut Santa Claus lalu keduanya tertawa riang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun