Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Narasi Gizi Anak-anak Asmat

18 Februari 2019   13:34 Diperbarui: 18 Februari 2019   16:44 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi rumah sederhana, tanpa faslitas air bersih dan jamban turut menyumbang rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Mereka sangat rentan terserang diare dan malaria. Kelompok paling rentan adalah anak-anak Balita.

Pola Makan
Orang Asmat hidup dalam kelimpahanan makanan. Di dusun tersedia sagu, sayur, ikan, kepiting, udang, babi hutan, kasuari dan lain sebagainya. Orang Asmat tidak susah makanan. Apabila persediaan makanan di rumah habis, mereka mendayung perahu atau saat ini lebih sering pakai fiber long boat pergi ke dusun untuk mengambil makanan.

Mereka tidak mengambil makanan dalam jumlah banyak. Mereka mengambil secukupnya untuk memenuhi kebutuhan hidup beberapa hari atau minggu. Makanan yang diambil dari dusun dan dibawa ke rumah di kampung pun tidak dikonsumsi sendiri. Mereka membagikannya dengan keluarga-keluarga semarga, yang memiliki dusun yang sama.

Pada saat persediaan makanan sudah habis, mereka akan kembali lagi ke dusun untuk mencari makanan. Begitulah aktivitas orang Asmat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Seiring kemajuan terknologi komunikasi, informasi dan transportasi, saat ini orang Asmat tidak hanya mengonsumsi sagu, sayur-sayuran, ikan, kepiting yang diambil dari dusun. Kini, mereka makan nasi, supermi, ikan kaleng. Mereka minum teh dan kopi dengan kadar gula tinggi (sampai benar-benar terasa manis).

Misalnya, di Agats, kita sering menjumpai Mama-mama menjual ikan, udang, kepiting. Mereka mendapatkan uang. Kemudian, uang yang diperoleh dipakai untuk belanja beras, ikan kaleng, supermi, kopi, gula, rokok, pinang dan berbagai keperluan lainnya.

Mama-mama dan anak-anak Asmat suka makan pinang. Mereka makan pinang kering dan kapur. Bahkan Mama-mama yang sedang hamil atau yang sedang menyusui pun makan pinang. Akibatnya, nafsu makan menurun sehingga Mama-mama tampak kurus.  

Pola makan orang Asmat berubah seiring perjumpaan mereka dengan dunia luar yang menawarkan berbagai makanan instan dan terasa enak di mulut. Orang selalu bertanya, "Mengapa Mama-mama jual ikan dan beli ikan kaleng dan supermi?" Kita tahu jawabannya. "Ikan kaleng masak campur dengan supermi terasa sedap di mulut."

Selain itu, berbagai program pemerintah yang memberikan berbagai bantuan telah mendorong orang Asmat perlahan meninggalkan makanan pokok mereka yaitu sagu. 

Saat ini, mereka mendapatkan jatah beras orang miskin (Raskin). Ada sebagian warga mendapatkan bantuan dari Kementerian Sosial berupa Program Keluarga Harapan (PKH). Ada Dana Desa (DD) dari APBN dan Alokasi Dana Desa (ADD) dari APBD. 

Setiap kampung di Asmat menerima Dana Desa di atas satu miliar per tahun. Terakhir ada dana BANGGA Papua yang peruntukannya untuk anak-anak usia 0-4 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun