Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Narasi Gizi Anak-anak Asmat

18 Februari 2019   13:34 Diperbarui: 18 Februari 2019   16:44 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya, kita boleh mengajukan pertanyaan, "Apakah anak-anak Asmat menderita gizi buruk?" Orang Asmat tidak mengenal gizi buruk. Mereka hidup di dalam kelimpahan makanan. Mereka tidak susah makanan. Semua makanan tersedia di alam. Mereka mengambilnya dari alam dan mengonsumsinya.

Pada saat KLB campak dan gizi buruk, tim Satgas membawa anak-anak ke Agats. Sebagian anak-anak ditampung di aula gereja Pniel Agats karena RSUD Agats sudah penuh dengan pasien anak-anak campak dan gizi buruk. 

Ketika saya mengunjungi dan bercerita dengan beberapa Bapa dari anak-anak yang mengalami  gizi buruk itu, mereka berkata, "Kenapa pemerintah jemput kami punya anak-anak dan bawa ke sini? Kami punya anak-anak tidak sakit. Mereka di kampung sehat-sehat saja, justru mereka dibawa ke sini yang bikin mereka sakit," tutur salah satu Bapa ketika saya bercerita dengannya.

Demikian halnya, pada kesempatan lain, Pastor Vesto Maing, Pr harus berhadapan dengan salah satu orangtua yang anaknya menderita gizi buruk. Anak tersebut dalam kondisi lemah dan dirawat di RSUD Agats. 

Saya memanggil Pastor Vesto datang membujuk orangtua dari anak tersebut supaya si anak mendapatkan perawatan. Tetapi, dua hari kemudian, orangtuanya membawa anak itu pulang ke rumah. Nyawanya anak itu tidak terselamatkan.

Kondisi serupa terjadi pada saat tim Bappenas dan Kedutaan Australia mengunjungi RSUD Agats, pada 23 September 2018. Setelah bertemu dengan PLH Direktur RSUD Agats, Waluyo, tim pergi ke ruang perawatan anak. Di sana, ada satu anak menderita gizi buruk. Kondisi anak tersebut sangat memprihatinkan.

"Anak ini dia sakit begini karena ada gangguan dari roh," tutur ibu anak itu. Padahal, si anak menderita gizi buruk karena minim asupan gizi. Anak tersebut harus berhenti menyusu dari ibunya, karena si ibu sudah hamil lagi.

Kisah tersebut memperlihatkan dengan jelas bahwa aspek budaya masih memegang peran penting dalam seluruh hidup orang Asmat. 

Orang Asmat selalu melihat sakit pertama-tama bukan karena faktor medis, melainkan faktor non-medis yaitu relasi dengan roh leluhur, alam semesta dan sesama. Karena itu, berbicara tentang kesehatan dalam konteks Asmat, terutama gizi anak-anak Asmat harus memperhatikan aspek kebudayaan Asmat.

Jarak Kelahiran Anak
Selain faktor budaya, jarak kelahiran yang sangat dekat (sebelum anak berumur satu tahun, ibu sudah hamil lagi) turut menyumbang terjadinya gizi buruk pada anak-anak Asmat. 

Di kampung-kampung, kita menyaksikan ibu-ibu muda, yang anaknya belum berusia satu tahun sudah hamil lagi. Akibatnya, anak yang belum genap berusia satu tahun, yang seharusnya masih minum susu, terpaksa harus berhenti minum susu karena ibunya sudah hamil lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun