Anak-anak sudah berhenti minum susu sebelum waktunya tiba. Selain itu, anak-anak tersebut juga di usia belia tidak mendapatkan asupan gizi memadai. Bahkan ada anak-anak yang harus mengalami kelaparan karena kurang mendapatkan perhatian dari ibunya yang sedang hamil lagi. Akibatnya, anak-anak mengalami kelaparan dan menderita gizi buruk.Â
Sebagaimana yang dituturkan oleh Maria Goreti Yonathan bahwa para suami tidak mengizinkan istri mereka untuk mengikuti program KB. Alasannya, mereka kawin untuk punya keturunan (anak). Meskipun sudah memiliki beberapa anak, para suami tetap tidak mengijinkan istri mereka mengikuti program KB.
"Saya lihat dua Mama, masing-masing mereka sudah punya anak 12 orang, tetapi suaminya tidak mau mereka ikut KB sehingga saya kasih pil KB sembunyi-sembunyi. Saya kasih pil karena mereka dua tidak cocok dengan KB suntik," tutur Ibu Maria Goreti Yonathan.
Lingkungan Tempat Tinggal
Orang Asmat tinggal di rumah-rumah sederhana. Mereka membangun rumah dari kayu bulat. Atap daun sagu. Rumah tersebut berdiri dia atas tanah berlumpur (rawa).
Pada saat mereka mencari makan di dusun, di sana mereka mendirikan bevak (rumah tinggal sementara selama mencari makan).Â
Bevak biasa dibangun di tepi sungai, daerah mereka mencari makan. Bevak mirip dengan pondok berteduh. Kayu bulat ditancap di atas tanah lumpur. Atap dan dinding dari daun sagu. Sedangkan lantai dibuat dari kayu bulat. Di atas kayu bulat itu, mereka alas dengan tikar daun pandan (tapin). Di tempat itulah mereka tinggal selama mencari makanan di dusun.
Anak-anak balita ikut serta saat orangtua ke dusun. Bapa-bapa mencari makan. Sedangkan ibu yang masih menyusui biasa tinggal di Bevak. Apabila anak sudah tidur, si ibu bisa beraktivitas seperti menyiapkan makan untuk Bapa-bapa dan keluarga lainnya yang sedang mencari makan.
Bilamana ada anak-anak yang sudah lebih besar ikut, maka anak balita dijaga oleh kakaknya yang dianggap sudah bisa menjadi si adik. Kemudian, Mama dari Balita tersebut turut mencari makan, seperti memangkur sagu atau mencari sayur-sayuran. Â
Tempat tinggal, baik di kampung maupun di bevak rentan terhadap berbagai penyakit. Misalnya, diare, malaria, atau penyakit kulit lainnya. Apa lagi masyarakat tidak terbiasa menggunakan kelambu pada waktu tidur sehingga mudah terserang malaria.
Mereka juga sewaktu-waktu bisa terserang diare karena minum air bersih. Apa lagi di dusun, mereka hanya mengandalkan air kali dan rawa. Sebagian kecil menadah air hujan pakai ember-ember kecil yang dibawa dari kampung.
Umumnya, masyarakat tidak memiliki jamban atau WC. Mereka buang air di hutan atau di pinggir kali. Bahkan ada pula yang buang air di sekitar rumah.