Bagi Pieris, spiritualitas pemerdekaan merupakan spiritualitas dari khutbah di bukit yang diformulasikan secara beranekaragam dalam agama-agama dan kebudayaan-kebudayaan sebagai tujuan yang hendak dicapai. Secara kritis Pieris menegaskan bahwa spiritualitas pemerdekaan dapat dipadamkan eksistensinya karena gelombang kapitalistik budaya teknik telah mulai menggoyang dasar religius budaya. Maka, Gereja perlu menerima "peran evangelisasi" dari agama-agama non-Kristen yang mengajak Gereja untuk kembali kepada spiritualitas Yesus.
 5. Rangkuman
Gereja dalam tugas perutusannya di Asia memiliki tugas yang tidak ringan. Gereja tepat berada di tengah agama-agama lain yang juga memiliki perutusan yang sama. Gereja diutus untuk menjadi titik temu spiritualitas agama metakosmis agar ia dibebaskan dari mentalitas bersenang-senang klas elite religius dan agama kosmis massa sederhana dari ketakhayulannya.
Realitas yang terjadi adalah bahwa pelaksanaan misi Gereja di Asia masih terlelap dalam paradigma yang lama. Dengan melihat permasalahan misi Gereja yang ada di Asia, Pieris menawarkan solusi yang bisa ditemppuh Gereja agar Gereja semakin mengakar di Asia. Gereja perlu dibaptis dalam Yordan keberagamaan Asia dan salib Asia. Pembaptisan ke dalam kolam agama dan kemiskinan Asia adalah prinsip misiologis Gereja yang harus dibangun di Asia.
Wujud nyata tindakan Gereja dalam perutusannya di Asia adalah dengan jalan mengakomodasikan diri dan berpartisipasi dalam spiritualitas non-Kristiani. Pendekatan akomodatif memungkinkan Gereja untuk tidak melihat agama lain sebagai musuh. Pendekatan akomodatif berangkat dari kesadaran Gereja bahwa kereligiusan Asia telah berakar kuat di hati masyarakat Asia. Pieris mengambil contoh dari model inkulturasi Eropa Utara. Model inilah yang bisa dibuat oleh Gereja dalam perutusannya di Asia.
Partisipasi dalam spiritualitas non-Kristiani merupakan suatu pendekatan misi Gereja yang lain. Agama non-Kristiani juga memiliki misi pembebasan. Misi pembebasan Gereja berangkat dari misi Yesus yang memerhatikan kaum miskin dan kesetian-Nya kepada Allah dengan menolak mamon. Dalam iklim yang demikian, Gereja Asia dipanggil untuk melaksanakan evangelisasi integral dengan mengedepankan masalah keadilan yang didambakan kaum miskin. Spiritualitas inilah yang menghantar Gereja untuk bekerja sama dengan umat non-Kristiani dan membangun sikap solider antaragama. Partisipasi dalam spiritualitas non-Kristiani memungkinkan kehadiran Gereja yang semakin menyapa massa Asia, baik Kristen maupun non-Kristen.
Â
BAB IV
 PENUTUP
 1. Rangkuman Umum
Aloysius Pieris telah bergumul dengan dengan masalah kemiskinan dan persoalan keanekaragaman agama di Asia dalam refleksi-refleksinya dan menggagaskan suatu teologi yang khas Asia, yakn Teologi Pemerdekaan. Pemikiran Pieris tentang misi Gereja yang dialogal di tengah pluralitas agama disinggung bersama dalam tulisan-tulisan tentang Teologi Pemerdekaan. Misi yang dialogal merupakan salah satu bentuk konkret dari Teologi Pemerdekaan.