Mohon tunggu...
petrus habeahan
petrus habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Biarawan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Misi Gereja di Tengah Keberagaman Agama di Asia, Suatu Uraian Teologis dari Pemikiran Aloysius Pieris

22 Mei 2023   03:20 Diperbarui: 22 Mei 2023   03:30 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pandangannya tentang kekristenan anonim, Pieris mengetengahkan bahwa secara halus terdapat Kristologi Kripto-kolonialis. Dalam konteks ini, Pieris sebenarnya mengkritik pandangan kekristenan anonim dari Karl Rahner, sebab Rahner hanya memindahkan teologi Kristiani tentang agama-agama dari eksklusif menjadi inklusif. Pandangan tentang kekristenan anonim tersebut dapat dengan mudah direalatifkan oleh klaim inklusif dari agama-agama lain, misalnya Budhisme anonim atau Hinduisme anonim.

Dengan melihat masalah dalam misi Gereja yang ada, Pieris menyerukan sambil menawarkan agar kehadiran Gereja di Asia lebih kreatif dalam karya misinya. Gereja harus berani mencelupkan diri dalam tradisi keagamaan Asia, mengakomodasikan diri ke dalamnya, dan berpartispasi dalam spiritualitas non-Kristiani. Tawaran ini salah satu jalan keluar yang ditempuh Pieris dengan melihat problem yang dihadapi Gereja dalam mewujudkan karya perutusannya di Asia.

 4. Misi Gereja yang Relevan di Tengah Keragaman Agama Asia menurut Pieris

Usaha memikirkan praksis misi Gereja di tengah keragaman tradisi keagamaan Asia bertolak dari kenyataan minoritas jemaat Kristen di Asia. Pieris bertanya, bagaimana Gereja sebagai locus pemenuhan dalam Kristus diutus kepada agama-agama lain? Dasar pemikirannya berangkat dari keyakninan bahwa karya ilahi juga bekerja pada mereka yang belum mengenal Kristus, yang tanpa kesalahan mereka belum sampai pada pengenalan akan Allah. Konsili mengatakan bahwa para misionaris bertanggung jawab mengembalikan nilai-nilai agama lain yang mereka gunakan kepada Kristus, karena nilai-nilai tersebut juga mencapai pemenuhan pada akhir zaman (AG 9).

 4.1. Sakramen Baptis dalam Yordan dan Salib Asia

Menurut Pieris, sakramen baptis dalam Yordan dan Salib Asia harus dijadikan prinsip bagi Gereja dalam tugas perutusannya di tengah keragaman agama di Asia., Pieris mencoba menjawabnya dari sudut pandang Kristiani. Gereja adalah sakramen keselamatan universal. Kata 'sakramen' adalah suatu tanda pengunkapaan aktivitas penyelamatan Allah dan suatu instrument dalam mana karya penyelamatan dinyatakan.

Dengan melihat keragaman agama di Asia, Pieris memandang perlu Gereja untuk dibaptis dalam Yordan Asia. Dibaptis dalam religiositas dan kemiskinan Asia menjadi suatu pra-kondisi bagi evangelisasi dan dialog, bagi misi Gereja. Pieris menginterpretasikan baptisan Yesus dalam term situasi Gereja di Asia. Seperti Yesus dibaptis dalam air dan darah, begitu pula dengan Gereja harus pergi melalui Kalvari kemiskinan Asia jika dia ingin mengikuti Yesus.

 4.2. Akomodasi kepada Religiositas Non-Kristiani

Di sini, teologi lebih dilihat sebagai suatu penemuan  dariapada suatu penciptaan, yakni semua ekspisitasi kristik yang merupakan bagian dari etos konkret keagamaan dan kemiskinan yang setiap dimensi pembebasannya bergabung menuju tempaan bersama mamon. Bagi Pieris, kristianisasi Eropa Utara merupakan suatu contoh akomodasi kereligiusan yang sudah terjadi sekarang. Maka Pieris melihat analisis proses akomodasi di Asia bisa dibuat dengan mengikuti pengamatan sebagai beriukut:

 Pertama, melihat agama dan budaya sepenuhnya serupa dalam praktik masyarakat kesukuan di mana saja dalam Dunia Ketiga. Dalam arti bahwa seseorang menemukan beberapa budaya dalam satu agama dan beberapa agama dalam satu budaya. Pieris menyatakan bahwa secara historis semua agama dalam kenyataannya mengambil keaslian dari kolam air spiritualitas Asia. Dari situ, kemudian dikembangkan dalam golongan agama yang berbeda-beada.

 Kedua, suatu pencapaian silang-penyuburan ini merupakan suatu proses tanpa henti antara agama-agama Ktiab Suci dan agama-agama kesukuan. Pieris membedakan agama metakosmis dan agama kosmis dan membuka silang-penyuburan antara keduanya. Silang-penyuburan tidak dilihat sebagai sinkretisme[48] tetapi akretisme.[49]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun