Dalam ketegangan tersebut, ajaran Pastoral Gereja di Asia merumuskan misi Gereja lokal dalam suatu paradigma yang baru. Misi seharusnya merupakan sebuah undangan untuk berpartisipasi bersama Roh Kudus untuk mewartakan Kerajaan Allah. Berhadapan dengan mereka yang non-Kristen Gereja dipanggil untuk memberi kesaksian imannya sekaligus menghargai keyakinan agama-agama lain. Dengan melihat bahwa Roh Kudus juga berkarya dalam setiap individu dan sinar kebenarannya ada pada agama non-Kristiani, maka Gereja di Asia dalam tugas perutusannya dapat membangun suatu teologi harmoni.[34]
Teologi harmoni bertolak dari misi yang dialogis. Dialog bukan alat bagi misi dan evangelisasi, tetapi dialog memengaruhi cara Gereja melaksanakan misinya dalam dunia yang pluralis. Dokumen FABC sangat mendukung, mengembangkan dan menghargai bahwa Allah menyatakan diri-Nya kepada orang Asia melalui agama-agama non-Kristen. Di sini tampak suatu persekutuan semua agama pada jalan menuju kerajaan Allah.[35]
Oleh karena itu, pewartaan Injil harus sungguh menyapa seluruh masyarakat Asia. Warta gembira hanya dapat dimengerti secara benar, jika sungguh masuk ke dalam realitas masyrakat setempat. Evangelisasi kehilangan kekuatan dan efektivitasnya bila tidak mempertimbangkan manusia actual terhadap siapa Injil itu diwartakan; bila tidak menggunakan bahasa, simbol-simbol, tanda-tanda dan bila tidak menjawab pertanyaan serat tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan konkret setempat.[36]
      Pieris sendiri merumuskannya sebagai berikut:
Gereja lokal Asia mempunyai pengutusan untuk berada pada titik pertemuan antara spiritualitas metakosmis dari agama monastic dan agama kosmis petani sederhana, menjadi tempat di mana kekuatan-kekuatan liberative dari kedua tradisi bergabung sedemikian sehingga meniadakan mentalitas klas bersenang-senang yang aristokratis dari agama metakosmis dan ketakhayulan agama kosmis. [37]Â
3. Masalah dalam Misi Gereja Asia
Pieris mempersoalkan bahwa Gereja Asia belumlah Gereja yang sungguh-sungguh dari Asia, tetapi Gereja yang ada di Asia. Kebanyakan Gereja dari benua lain yang selama berabad-abad berjuang untuk menyesuaikan diri dengan etos Asia. Â Di sini Pieris menunjuk pada apa yang disebut misi barat.[38]
Menurut Pieris, Gereja adalah minoritas yang amat kecil di Asia dan hidup di tengah kaum miskin dan aneka tradisi keagamaan. Gereja lokal dari Asia adalah Gereja yang menerima agama-agama lain sebagai rekan seperjuangan dalam pengutusan bersama, bukan melihatnya sebagai saingan.[39] Jadi, masalah misi Gereja di Asia menyangkut praktik pendekatan misi yang tidak lagi memadai di tengah aneka tradisi keagamaan Asia.
 3.1. Kritik Pieris terhadap Pendekatan Misi yang Tidak Memadai di Asia
 3.1.1. Pendekatan Penaklukan
 Pendekatan ini didasarkan pada keyakinan bahwa Yesus Kristus adalah penyelamat dunia yang eksklusif dan absolut. Kristus adalah satu-satunya penyelamat dunia dan karya penyelamatan-Nya hanya ditunjukkan dalam Gereja. Di sini sangat laku adagium Extra ecclesiam nulla sallus, di luar Gereja tidak ada keselamatan.[40] Gereja dipandang sebagai pintu masuk menuju keselamatan. Yesus Kristus hadir di dunia melalui Gereja dan oleh karenanya sangat dibutuhkan iman dan pembaptisan.