Pieris memandang Konsili Vatikan II lebih sebagai titik tolak daripada sebagai titik tujuan dalam menerapkan tugas yang menantang dalam melaksanakan ajaran-ajaran Konsili pada konteks Asia dan dalam memberi bentuk Asia yang konkret kepada semangat Konsili itu.[7]
- Karya-karya Pieris[8]
Banyak tulisan Pieris selama dua dekade post-Konsili Vatikan II. Karya-karyanya itu tersebar luas dalam aneka majalah dalam bentuk artikel-artikel. Seseorang tidak mudah mendapat suatu uraian pemikiran menyeluruh dari awal sampai akhir. Berbagai artikel yang ditulis Pieris bisa disimak dalam tiga bukunya: An Asian Theology of Liberation; Love Meets Wisdom, A Cristian Experience of Budhism dan Fire and Water, Basic Issues in Asian Budhism and Cristianity.
BAB II
SEKILAS TENTANG MISI DAN REALITASÂ
KEBERAGAMAN ASIA
- Misi
- Pengertian
Secara etimologis, kata "misi" berasal dari kata benda bahasa Latin missio, yang berarti pengutusan. Dalam konteks religius, missio diartikan sebagai pengutusan seseorang oleh Allah untuk menyampaikan maksut-Nya kepada orang lain. Seperti pengutusan para malaikat, pengutusan Kristus dan pengutusan Gereja.[9] Misi Gereja mangandung Trinitas: berasal dari Bapa kepada Putera, diteruskan oleh Putera kepada Gereja sebagai tujuan misi-Nya dan Gereja senantiasa dibimbing oleh Roh Kudus. kata missio dalam bahasa inggris dibedakan dalam dua pemakaian, yakni mission (bentuk tunggal) dan missions (bentuk jamak). Mission berati karya Allah (God's mission) atau tugas yang diberikan Tuhan kepada kita (Our mission).
Menurut Konsili Vatikan II, misi adalah istilah yang biasa dipakai untuk mengungkapkan usaha-usaha khusus yang ditempuh oleh para pewarta Injil yang diutus oleh Gereja untuk pergi ke seluruh dunia, melaksanakan tugas mewartakan Injil dan menanamkan Gereja di antara para bangsa dan kelompok-kelompok yang belum percaya kepada Kristus.[10]
- Dasar Biblis
Tugas perutusan Gereja mempunyai dasar dalam Kitab Suci. Dalam Kitab Suci terdapat banyak perikop yang berbicara tentang tugas tersebut. Gereja diutus oleh Allah kepada para bangsa sebagai sakramen universal keselamatan. Tugas perutusan merupakan realisasi dari tuntutan dan perintah dari Yesus sendiri. gereja senantiasa berusaha sekuat tenaga mewartakan Injil kepada semua orang, diharapkan Sabda Allah dapat didengar dan kerajaan-Nya dibangun di mana-mana.[11] Penginjil Markus juga mencatat amanat agung Yesus: "pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil ke segala mahkluk.Â
Siapa yang percaya dan dibabtis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum" (Mrk 16:15).[12] Realisasi tugas ini hanya mungkin karena Roh yang mendorong Gereja untuk mewartakan karya-karya agung Allah. Paulus berkata:" Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak mewartakan Injil" (1Kor 9:16).[13]
- Tujuan Karya Misi
Karya misi Gereja mempunyai dua tujuan, yakni mewartakan Injil dan menanamkan Gereja di tengah para bangsa atau golongan di mana Gereja belum berakar.[14] Tanggapan terhadap pewartaan Injil adalah iman dan iman membangkitkan komunikasi iman.[15] Pembentukan Gereja adalah kelanjutan dari pewartaan Injil. Gereja yang dibentuk pertama-tama bukan tujuan pada dirinya sendiri dan bukan demi kemuliaan dirinya tapi demi kepentingan dunia.Â
Tugas Gereja adalah mewartakan pesan kerajaan Allah kepada semua bangsa. Di sinilah letak hubungan langsung antara kedua tujuan tersebut.[16] Tujuan misi di Asia bukan terutama menobatkan orang lain menobatkan orang lain menjadi anggota Gereja (kristenisasi), tetapi lebih pada "memberi kesaksian" mengenai arti dan nilai-nilai yang diimani oleh Gereja. Dengan demikian massa non-Kristiani tidak hanya mendengar Injil saja, tetapi menyaksikannya. Inilah cara baru pewartaan Kabar Gembira di Asia.[17]
- Realitas Keberagaman Asia