Mohon tunggu...
Permana Santana
Permana Santana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

We born alone, live alone and die alone..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Setelah Pelangi: Elegi Wulandari

25 Desember 2015   17:00 Diperbarui: 25 Desember 2015   17:03 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pelangi adalah penyemangat hidup.

Tetapi ada suatu momen, dimana eksistensi Pelangi seperti kedua sisi mata uang. Ketiadaan Pelangi seketika merubah Tantan 180 derajat menjadi seseorang yang berbeda, murung dan pendiam. Aliran darah bergejolak oleh rindu menggebu yang siap menyerang. Pelangi memang ajaib. Dalam hitungan detik, Pelangi tiba-tiba menjadi simbol temaram dan kesedihan. Mungkin, jika larut terlalu lama, Pelangi bahkan bisa menjadi antitesis dan self-destructive bagi Tantan.

Ironis dan kontraproduktif.

****

Fajar telah menyingsing. Minggu yang cerah telah datang. Hari ini Tantan masuk bekerja seperti biasa, yang membedakan adalah kelengangan kota Jakarta.

Tantan menghirup udara pagi, seraya berdoa dalam hati semoga hari ini menjadi hari yang indah dan segala perkara dimudahkan oleh Tuhan.

Kedua kaki ia langkahkan dengan pasti menuju tempat mencari sesuap nasi. Hari itu sungguh cerah, langit membiru ditemani gerombolan awan putih menampakkan pesonanya.

Seperti biasa, sebelum masuk ke kantor, Tantan mengambil kartu akses pada security di lobby. Tantan melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga, ia menempelkan kartu akses pada alat canggih tersebut. Seketika saja, pintu terbuka secara otomatis. Tantan melanjutkan langkahnya yang ceria menuju meja kerjanya.

Tentunya, Tantan tidak melupakan aktivitas ritual yang hukumnya wajib dilakukan setiap berangkat kerja, yaitu menyambangi meja kerja sang pujaan hati.

Jantungnya berdegup bahagia sebelum akan melewati meja kerja Pelangi. Perlahan ia hampir tiba di meja kerja Pelangi. Kemudian pada saat bersamaan, Tuhan menunjukkan sebuah view yang menyakitkan. Pelangi sedang menghampiri seorang lelaki, ia tampak akrab dengannya seraya menepuk pundak lelaki tersebut dengan lembut. Hari itu, entah sebuah kebetulan atau disengaja, mereka berdua mengenakan pakaian dengan warna identik. Bahkan rekan-rekan kerja lelaki tersebut sampai menggoda mereka berdua karena curiga mereka (mungkin) mempunyai kedekatan hubungan.

Pandangannya buram, kepala Tantan berat, Ia merasa seperti tertindih karung beras 1 Kwintal.  Tantan mengurungkan niatnya melewati meja kerja pelangi, ia kembali ke meja kerjanya dengan harapan kosong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun