Mohon tunggu...
Permana Santana
Permana Santana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

We born alone, live alone and die alone..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Setelah Pelangi: Elegi Wulandari

25 Desember 2015   17:00 Diperbarui: 25 Desember 2015   17:03 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Iya, aku mengerti Tan.” jawabnya.

“Baiklah, jika kamu memaksa, aku akan bicara.”

“Iya nggie, aku butuh jawabanmu. Kamu mau jadi pacar aku?”

“Maaf, Tan. Aku tidak bisa.”

“Tapi kenapa, nggie. Jujur saja. Kenapa kamu tidak bisa?”

“Maaf, Tan. Aku tidak mencintaimu.”

Tantan tergolek lemas. Seketika saja, suara langit tiba-tiba bergemuruh. Rintik hujan pun mulai turun dari langit.

Tantan memandangi langit yang hitam. Wajahnya mulai digumuli oleh hujan.

Imaji Tantan langsung mengarahkan ingatannya pada kalimat yang selalu ia lontarkan.

Jika kau tersenyum pada langit, maka semesta alam pun akan tersenyum padamu. Dan jika kau bersedih, maka semesta alam pun akan menangis untukmu.

Tantan menyunggingkan senyum pilu pada langit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun