Mohon tunggu...
Permana Santana
Permana Santana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

We born alone, live alone and die alone..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Setelah Pelangi: Elegi Wulandari

25 Desember 2015   17:00 Diperbarui: 25 Desember 2015   17:03 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara hujan turun makin deras, Pelangi pun berlari mencari tempet berteduh.

Tapi Tantan tidak bergeser sedikitpun dari bumi yang dipijaknya.

“Tan, kamu ngapain? Cepat kesini, hujannya semakin deras!!” teriak Pelangi.

Tantan tak bergeming.

Kemudian kejadian aneh dan ajaib terjadi. Tantan melihat raganya secara perlahan terkikis, seiring tetes air hujan yang menghujam tubuhnya yang makin keras.

Tak lama berselang, Tantan menyadari bahwa separuh raganya hampir lenyap terhempas hujan. Sampai akhirnya, benar-benar lenyap diiringi teriakan dan isak tangis Pelangi.

 

Hujan adalah manifestasi Tuhan dalam menebarkan rindu.

Oleh karenanya, hujan adalah antitesisku.

Semakin deras tetesmu, semakin raib pula diriku.

- Sajak Debu -

 

Setiabudi, Jakarta Selatan, 25 Desember 2015 pukul 01.25 WIB

Teruntuk Pelangi Wulandari yang tak pernah mungkin aku miliki.

Aku selalu mencintaimu, Pelangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun