Hari itu tantan melalui periode terkacau dalam hidupnya. Semangat bekerja turun drastis, pekerjaan berantakan. Tantan lebih banyak menghabiskan waktu kerjanya dengan diam sejuta bahasa. Rekan-rekan kerja melihat keanehan pada diri Tantan, khususnya Iwan, dia mendapati sorot mata Tantan yang merah menyala seperti arang terbakar. Dan mereka memutuskan untuk tidak menyapa atau mengganggu, walau sebenarnya mereka khawatir terhadap Tantan.
Semenjak kejadian itu, Tantan selalu menyendiri.
****
Hari berikutnya Pelangi mencium keanehan pada Tantan. Tantan mengupload dan memajang sebuah gambar pada profil messengernya bertuliskan “Kebohongan yang diulang seribu kali, pada akhirnya dapat menjadi kebenaran”.
Melihat gambar tersebut, Pelangi mencoba mengirimkan beberapa teks pada Tantan, tapi Tantan tidak merespons.
Pelangi menulis, “Kamu kenapa? Aku berbohong apa terhadapmu?”
Tantan mencoba mengacuhkan teks dari Pelangi. Tapi sekuat apapun Tantan melawan perasaannya, ia selalu berakhir dengan kegagalan.
Tantan akhirnya membalas teks dari Pelangi.
“Aku mau berbicara sesuatu yang penting denganmu. Mari kita bertemu.” sahut Tantan.
“Ada apa? Bicara aja disini. Penting banget ya?” jawab Pelangi.
“Aku sedang tidak bercanda. Mari bertemu nanti malam.”