“Wahai kamu AA, sang penjahat negeri, hari ini kamu dihukum dengan hukuman dimasukkan kedalam ruang kekejaman. Aku sebagai ratu yang baik tentunya tidak begitu saja menghukum kamu tanpa memberikan kamu satu permintaan terakhir. Katakan, apa permintaanmu sekarang?” ucap Ratu Selsa dengan berwibawa.
"Terimakasih yang mulia atas kebaikannya. Izinkan saya untuk melihat-lihat terlebih dahulu ke dalam ruang kekejaman sebelum pintu kekejaman ditutup. Itu permintaan saya yang terakhir,” jawab AA dengan tenang.
“Apa? Tidak ada permintaan yang lainnya kah? Masa kamu hanya ingin melihat-lihat ruang kekejaman saja?” Tanya Ratu Selsa sedikit heran.
“Iyah Ratu, hanya itu saja keinginan saya, tidak ada yang lain,” jawab AA dengan tegas.
“Baiklah kalau itu kemauan kamu. Prajurit, cepat bukakan pintu kekejaman,” perintah Ratu Selsa kepada prajurit yang mengawal AA.
“Baik yang mulia,” sahut mereka dengan cekatan.
“Nah silahkan kamu masuk ke dalam, pintu sudah terbuka,” ucap ratu selsa kepada AA.
“Terimakasih yang mulia,” ucap AA sambil masuk ke dalam ruang kekejaman sendirian. Terdengar suara helaan nafas dari rakyat dan prajurit istana yang menonton. Mereka berkeyakinan bahwa AA tidak akan keluar lagi dari ruang kekejaman itu hidup-hidup. Namun tak lama kemudian AA keluar dengan tenangnya tanpa ada satupun luka. Ratu Selsa dan semua yang berkumpul di situ terbengong-bengong. Tampak AA keluar dengan menggenggam sesuatu di tangannya. Hal ini tidak luput dari pandangan Ratu Selsa.
“Apa yang kamu bawa itu wahai penjahat?” tanya sang Ratu penasaran.
“Permata yang mulia,” jawab AA.
“Hah, permata. Dapat darimana kamu?” ucap Ratu Selsa penasaran sambil mendekati AA.