“Makasih Kang, kalau tidak ada Akang, mungkin sekarang baju Eneng kotor semua,” kata perempuan itu dengan wajah memerah yang menambah kecantikannya di mata AA.
“Ah itu mah hal kecil Neng,” pukas AA dengan senyumnya yang cerah.
“Memang si Akang ini cowok idaman para wanita, kayaknya”
“Ah masa sih Neng,” ucap AA sambil ketawa lebar, kembali idungnya terasa cenat-cenut.
“Beneran Kang,” jawab perempuan itu lugu. Tak lama mereka tiba di rumah perempuan itu.
“Kang, nitip monyet Eneng dulu yah. Eneng mau kebelakang ngambil kayu bakar buat kita bakar ikan,” ucap perempuan itu sambil menyerahkan monyet yang ada di gendongannya. AA pun dengan sigap menerimanya. Tak lama kemudian perempuan itu keluar sambil membawa kayu bakar yang banyak di pondongannya. “Ayo Kang kita bakar ikannya,” ajak perempuan itu sambil menyalakan api.
“Yuuuuk… biar akang aja deh yang membakarnya. Neng nonton saja, pokoknya tahu beres saja lah,” AA menunjukkan semangat yang membara. Dasar cowok, ternyata dimana-mana sama. Makanya penulis tidak pernah suka sama cowok, karena cowok itu gesit dan siap membantu jika ada maunya saja hiks hiks hiks.
Tak lama, ikan matang, wanginya membuat perut yang keroncongan semakin tambah bunyi. Dengan sigap AA menyorongkan ikan hasil bakaran kepada perempuan cantik itu. Sambil tersenyum manis perempuan itu menerimanya. Merekapun makan ikan bakar dengan nikmatnya.
“Sebentar yah Kang, Neng ambil buah untuk cuci mulut,” ucap perempuan itu ketika mereka beres makan.
“Silahkan, sama sekalian kalo boleh Akang minta air minum, agak seret nih.”
“Aduh, maaf Eneng lupa. Iyah nanti sekalian Eneng bawa air minumnya” Tak lama kemudian perempuan itu membawa 5 potong buah pisang dalam piring serta kendi lengkap dengan cangkirnya. “Nih Kang, air dan buahnya untuk cuci mulut. Sekalian Eneng minta tolong kasih makan monyet kesayangan Eneng itu,” ucap perempuan itu menunjuk kepada monyet yang sedang digendong oleh AA.