“Ya”.
Suaranya amat teduh terasa
menyejukkan kegalauan hati. Selesai pembicaraan, segera aku langkahkan kaki
memasuki pendopo pelaminan. Resepsi pernikahan berjalan lancar dan khidmat.
Melihat kebahagiaan pasangan pengantin membuat iri di dalam hati. Begitu iri rasanya
melihat keberuntungan di pihaknya. Menikah dengan tersedianya dana orang tua. Tanpa
perlu aku pusingkan beruntung atau tidaknya.
Matahari tengah siap ke peraduan, saatnya
melaju kembali dengan sepeda motor. Perubahan jam pertemuan memang berakibat
hilangnya daya ingat serta konsentrasi dalam mengendarai sepeda motor.Sekali lagi aku di hadapkan pada sebuah
putaran labirin. Biasanya untuk sampai ke Mall Pondok Indah hanya di butuhkan
waktu satu jam, Namun saat ini jarak tempuh bertambah menjadi dua jam. Di balik
saku kantong celana blue jeans, getaran handphone
tidak berhenti memangil-manggil. Sembari memegang stang kemudi, aku bicara dalam nada keterdesakan.
“Sorry, kita
ngga jadi ketemuan di Mall Pondok Indah. Sekarang gue lagi ada di rumah sakit
di sekitar sana, ketemuannya disini aja”.
“Ya, udah nanti
gue kesana?!”.
“Emang, loe
kemari naik apa?”
Sesuai rencana
yang telah aku susun sebelumnya. Aku alihkan perhatiannya dari pertanyaan
kendaraan.
“Ya. Sampai
ketemu disana, ya!”
Beberapa menit berlalu berganti
detik. Sampai juga akhirnya di tempat yang di tentukan. Dari arah luar rumah
sakit, aku parkirkan sepeda motor di bawah pepohonan rindang. Suara handphone kembali berdering memangil.
“Sudah ada
dimana sekarang?”.
“Ini udah ada di
parkiran”.