Jika Tuhan berkenan, cinta ini akan tetap hidup esok hari. Tetapi sesungguhnya masa depan berada di dalam tangan-Nya.
Dalam keadaan antara hidup dan mati sekarang ini, aku hanya berharap, semoga kau bisa mengetahui apa yang kurasakan selama ini. Aku berharap dapat  mengucapkan sendiri perasaanku ini padamu, dan sekaligus meminta keikhlasanmu untuk memaafkanku.
                                          Orang yang mencintaimu sampai kiniÂ
                                                      Leo Setyaningrum
Â
Bulir-bulir air mataku jatuh menimpa kertas yang telah tersobek itu, menggoyahkan keteguhan torehan huruf di atasnya, merembesi serat-serat kertas itu. Aku menangis seperti orang gila; meraung-raung seperti singa yang ditembusi panah sang pemburu.
Hari itu juga, aku memutuskan pergi mengunjungi pusaranya. Aku berlari sekuat tenaga dan bersimpuh di depan sebuah gundukan tanah yang ditandai sebuah batu nisan putih. Aku menatap nanar ke sekeliling, kulihat puluhan karangan bunga berjejer melingkari pusaranya. Air mataku terus jatuh bersama hujan yang mengguyur bumi saat itu. Penantianku berakhir sudah, tetapi harapanku dan cinta terdalamku yang dulu pernah bersembunyi di balik tubir hatiku itu kini telah melayang ke atas sana. Melayang dan tak pernah kembali.
(Timika, Oktober 2016).
Â
 Catatan: Cerita ini adalah rekaan/fiktif semata. Kesamaan tokoh, tempat dan suasana hanya kebetulan belaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H