“Maaf, apakah anda yang bernama Vina?”
Seorang pemuda berdiri di depan pintu rumahku sambil menyerahkan sebuah amplop putih untukku.
“Apa ini?” tanyaku sambil menyelidik amplop polos yang tak bertulis apa-apa pada sebelah luarnya itu.
“Ini dari Leo…”
Aku tak menunggu sampai kata-kata itu diselesaikan oleh pemuda tersebut. Aku mulai merobek amplop itu menjadi dua bagian begitu saja. Sebelum penggalan kertas itu berubah menjadi empat bagian, pemuda itu mencegahku, memegang tanganku dengan erat.
“Tolong, kuasailah diri anda! Tolong hargai almarhum sahabat kami!”
Bagai disambar petir, aku terpaku seketika.
“Apa? Almarhum? Apa maksudmu?” tanyaku sambil menguncang-guncang bahu pemuda itu.
“Leo baru saja pergi untuk selamanya. Sebelum kepergiannya dia sempat mendesak kami untuk mengirimkan amplop itu padamu!”
Tubuhku mendadak terduduk lemas dan bergetar. Dengan secepat kilat kusatukan kembali lembaran-lembaran kertas yang kusobek tadi. Dan tampaklah tulisan ini…
“Vina…