4. Konflik Alternatif
Ketika konflik diselesaikan, perasaan tetap ada. Terkadang perasaan lega dan harmoni muncul, seperti ketika kebijakan baru yang dihasilkan dapat menjernihkan masalah antara kedua belah pihak dan dapat meminimalkan konflik yang mungkin terjadi di kemudian hari.
Faktor penyebab terjadinya konflik antara lain :
O     Kesalahpahaman atau kesalahpahaman karena kegagalan komunikasi. Komunikasi yang   gagal membuat isi berita atau pesan menjadi tidak lengkap dan tidak jelas, lengkap dan jelas tetapi tidak sampai pada penerima dengan baik dan tepat waktu, sampai dengan baik dan tepat waktu tetapi tidak diterima dan ditangkap secara utuh.
O Â Â Â Â Perbedaan tujuan karena perbedaan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Tindakan dan langkah yang dilakukan berbeda, cara menyampaikan pendapat dan ritme penyampaian yang berbeda, hal ini juga menyebabkan kurangnya kerjasama.
- O Â Terjadi persaingan tidak sehat.
- O Â Melanggar peraturan yang ada: Adanya usaha untuk mendominasi atau merugikan orang lain dengan berkelahi, mungkin ingin menjatuhkan orang lain karena pendapatnya tidak diterima.
- o Pelecehan pribadi (bisa verbal) atau posisi.
2.2 Pengelolaan konflik menurut jenis konflik yang ada:
A. Jenis Konflik
Tipe destruktif, adalah tipe konflik yang bersifat negatif atau destruktif. Biasanya ada upaya perluasan yang mengemuka di awal persoalan atau bisa dikatakan individu cenderung menyalahkan. Konflik yang terjadi dapat menimbulkan kerugian antar individu yang terlibat dalam konflik tersebut. Ada banyak situasi di mana konflik menyebabkan orang yang mengalaminya mengalami goncangan (jiwa). Bisa juga berupa perasaan cemas/tegang (stress) yang tidak perlu atau mencekam. Komunikasi berkurang. Meningkatnya persaingan.
Tipe konstruktif, adalah tipe konflik yang bersifat positif atau konstruktif. Tipe ini merupakan  bentuk penanganan konflik yang cenderung bernegosiasi sehingga terjadi tawar menawar yang menguntungkan dan menjaga interaksi sosial. Selain itu dapat juga menggunakan bentuk lain yang disebut penalaran, yaitu sudah mampu berpikir logis dalam memecahkan masalah. Konflik ini merupakan kebalikan dari konflik destruktif, karena konflik konstruktif justru menimbulkan keuntungan dan bukan kerugian bagi individu atau organisasi yang terlibat di dalamnya.
- 2.2 Manajemen Konflik
Manajemen konflik bertujuan untuk mengembangkan dan memberikan serangkaian pendekatan, alternatif untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku yang positif bagi pihak-pihak yang terlibat (Fisher, 2000). Menurut Johnson, setiap orang memiliki religiusitas tersendiri dalam mengelola konflik. Religiusitas ini merupakan hasil belajar, biasanya dimulai dari masa kanak-kanak dan berlanjut hingga remaja (Supratya, 1995)
2.3 Pengelolaan konflik menurut jenis konflik yang ada: