Mohon tunggu...
Ovi Julia
Ovi Julia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Siber Asia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manejemen Konflik dalam Kehidupan Bermasyarakat

28 Juli 2021   23:49 Diperbarui: 29 Juli 2021   12:12 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                        Conflict Management in Social Life 

                                                                      Ovi Julia

                                                                  200101010104

 Mahasiswa Prodi Sistem Informasi Universitas Siber Asia

                                                                   ABSTRACT

Conflict will never be separaeted from our lives as humans. Because conflict is also proof that we are still alive in this word. Life will continue to go on and change, this is also sometimes a place for conflict to grow. The emergence of a conflict can of course affect psychological life of a person. Understanding and managing a conflict is critical to succes in both personal and social life. Its part of the survival and life –saving skilss. Wall and Callister (1995:551) once stated that “At the interpersonal level an individual comes into conflict with others. As the name suggests, intergroup conflict is conflict between or among group. Interorganizational between or among organizations”.

                                                                    ABSTRAK

Konflik tidak pernah lepas dari kehidupan kita sebagai manusia. Karena konflik juga merupakan bukti bahwa kita masih hidup di dunia ini. Hidup akan terus berjalan dan berubah, hal ini juga terkadang menjadi tempat munculnya konflik. Munculnya suatu konflik tentu saja dapat mempengaruhi kehidupan seseorang secara psikologis. Memahami dan mengelola konflik sangat penting untuk kesuksesan baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Ini adalah bagian dari keterampilan menyelamatkan jiwa dan melangsingkan tubuh. Wal dan Callister (1995: 551) berpendapat bahwa “Pada tingkat interpersonal seorang individu mengalami konflik dengan orang lain. Seperti namanya, konflik antar kelompok adalah konflik antar atau antar kelompok. Konflik antar organisasi antar atau antar organisasi comes into conflict with others. As the name suggests, Intergroup conflict is conflict between or among groups. Interorganizational conflict between or among organizations.

  • 1. PENDAHULUAN

             Di dunia ini siapa yang mmengingnkan sebuah konflik. Tentu saja tidak ada yang menginginkan bukan ?. Ya, begitulah kiranya jawaban yang waras dan sangat benar. Tidak ada yang mau di hadapkan dengan konflik, karena sesuatu ini bukan lah sesuatu yang baik dan dapat mengakibatkan hal-hal yang buruk dan tidak menyenangkan. Faktor penyebab konflik adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, seperti: kemarahan, ketakutan, kejengkelan, rasa bersalah, perasaan terluka, penyesalan, kecemasan, trauma, dan sebagainya. Hurlock (1980: 212-213) menjelaskan bahwa peningkatan emosi disebabkan oleh tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri, artinya kita membutuhkan orang lain. Situasi ini harus kita manfaatkan, bagaimana kita bisa berinteraksi dengan orang lain tanpa harus menimbulkan konflik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya manajemen konflik untuk membekali kita masing-masing agar menjadi manusia yang lebih efektif.

  • 2. PEMBAHASAN
  • Konflik didefinisikan sebagai suatu proses interaksi sosial di mana dua orang atau lebih, atau dua kelompok atau lebih, berbeda pendapat atau bertentangan dalam pendapat atau tujuan. (Cummings, PW 1986:41). Tidak berbeda dengan pendapat di atas, Aliajahbana, ST (1986:139), mendefinisikan konflik sebagai perbedaan pendapat dan pandangan antara kelompok masyarakat yang akan mencapai nilai yang sama. Banyak sekali yang mendefinisikan apakah konflik itu sebenarnya sama hakikatnya. Sebagaimana Folger At Al menyebutkan bahwa konflik adalah interaksi orang-orang yang saling bergantung merasakan ketidakcocokan dan kemungkinan gangguan dari orang lain sebagai akibat dari ketidakcocokan tersebut.
  • Orang sering menganggap bahwa konflik adalah sesuatu yang negatif, berbahaya, atau sesuatu yang harus dihindari. Namun sebenarnya konfliknya tidak seperti itu. Konfliknya netral. Sebagaimana dikemukakan oleh Nicocetra (1997), bahwa bagaimanapun, konflik itu sendiri bersifat netral. Cara orang mengelola konflik, di sisi lain, merupakan indikasi kemungkinan hasil.
  • Konflik dapat muncul dalam situasi sosial, baik yang terjadi dalam individu, antar individu, kelompok, organisasi, atau negara. Pendapat Deutch yang dikutip oleh Pernt dan Ladd (Indati, 1996) menyatakan bahwa proses mendapatkan konformitas pada individu yang mengalami konflik disebut manajemen konflik atau bisa disebut manajemen konflik. Yang akan dibahas pada poin-poin berikut.

2.1 Proses konflik

 Konflik adalah proses dinamis, bukan kondisi statis. Konflik memiliki awal dan melewati banyak tahap sebelum berakhir. Ada banyak pendekatan yang baik untuk menggambarkan proses suatu konflik, antara lain menurut Luthans (2006: 140) adalah:

A. Kondisi Anteseden

Adalah suatu kondisi yang berpotensi menyebabkan atau mengawali suatu episode konflik. Terkadang tindakan agresif dapat memicu proses konflik. Kondisi Atecedent bisa tidak terlihat, tidak begitu jelas di permukaan. Harus diingat bahwa kondisi ini tidak serta merta mengawali proses konflik.

A. Konflik yang Dirasakan

Agar konflik terus berlanjut, kedua belah pihak harus menyadari bahwa mereka berada di bawah ancaman sampai batas tertentu. Tanpa adanya perasaan terancam ini, salah satu pihak dapat melakukan sesuatu yang berdampak negatif bagi pihak lain, namun tidak disadari sebagai ancaman.

1. Merasa Konflik

Persepsi berkaitan erat dengan perasaan. Itu sebabnya jika orang merasa ada perselisihan, baik aktual maupun potensial, ketegangan, frustrasi, kemarahan, ketakutan, dan kemarahan meningkat. Di sinilah kepercayaan terhadap pihak lain mulai diragukan, sehingga segala sesuatunya dianggap sebagai ancaman, dan masyarakat mulai berpikir bagaimana menghadapi situasi dan ancaman tersebut.

2. Konflik Manifest

Persepsi dan perasaan menyebabkan orang bereaksi terhadap situasi tersebut. Begitu banyak bentuk reaksi yang mungkin muncul pada tahap ini adalah berbagai argumentasi, tindakan agresif, atau bahkan munculnya niat baik yang berujung pada pemecahan masalah yang konstruktif.

3. Penyelesaian atau Penindasan Konflik

Resolusi Konflik atau hasil dari suatu konflik dapat muncul dalam berbagai cara. Kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan untuk mengakhiri konflik. Mereka bahkan mulai mengambil langkah untuk mencegah terulangnya konflik di masa depan.Perceived Conflict :

4. Konflik Alternatif

Ketika konflik diselesaikan, perasaan tetap ada. Terkadang perasaan lega dan harmoni muncul, seperti ketika kebijakan baru yang dihasilkan dapat menjernihkan masalah antara kedua belah pihak dan dapat meminimalkan konflik yang mungkin terjadi di kemudian hari.

Faktor penyebab terjadinya konflik antara lain :

O         Kesalahpahaman atau kesalahpahaman karena kegagalan komunikasi. Komunikasi yang     gagal membuat isi berita atau pesan menjadi tidak lengkap dan tidak jelas, lengkap dan jelas tetapi tidak sampai pada penerima dengan baik dan tepat waktu, sampai dengan baik dan tepat waktu tetapi tidak diterima dan ditangkap secara utuh.


O         Perbedaan tujuan karena perbedaan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Tindakan dan langkah yang dilakukan berbeda, cara menyampaikan pendapat dan ritme penyampaian yang berbeda, hal ini juga menyebabkan kurangnya kerjasama.

  • O  Terjadi persaingan tidak sehat.
  • O  Melanggar peraturan yang ada: Adanya usaha untuk mendominasi atau merugikan orang lain dengan berkelahi, mungkin ingin menjatuhkan orang lain karena pendapatnya tidak diterima.
  • o Pelecehan pribadi (bisa verbal) atau posisi.

2.2 Pengelolaan konflik menurut jenis konflik yang ada:

A. Jenis Konflik

Tipe destruktif, adalah tipe konflik yang bersifat negatif atau destruktif. Biasanya ada upaya perluasan yang mengemuka di awal persoalan atau bisa dikatakan individu cenderung menyalahkan. Konflik yang terjadi dapat menimbulkan kerugian antar individu yang terlibat dalam konflik tersebut. Ada banyak situasi di mana konflik menyebabkan orang yang mengalaminya mengalami goncangan (jiwa). Bisa juga berupa perasaan cemas/tegang (stress) yang tidak perlu atau mencekam. Komunikasi berkurang. Meningkatnya persaingan.

Tipe konstruktif, adalah tipe konflik yang bersifat positif atau konstruktif. Tipe ini merupakan  bentuk penanganan konflik yang cenderung bernegosiasi sehingga terjadi tawar menawar yang menguntungkan dan menjaga interaksi sosial. Selain itu dapat juga menggunakan bentuk lain yang disebut penalaran, yaitu sudah mampu berpikir logis dalam memecahkan masalah. Konflik ini merupakan kebalikan dari konflik destruktif, karena konflik konstruktif justru menimbulkan keuntungan dan bukan kerugian bagi individu atau organisasi yang terlibat di dalamnya.

  • 2.2 Manajemen Konflik

Manajemen konflik bertujuan untuk mengembangkan dan memberikan serangkaian pendekatan, alternatif untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku yang positif bagi pihak-pihak yang terlibat (Fisher, 2000). Menurut Johnson, setiap orang memiliki religiusitas tersendiri dalam mengelola konflik. Religiusitas ini merupakan hasil belajar, biasanya dimulai dari masa kanak-kanak dan berlanjut hingga remaja (Supratya, 1995)

2.3 Pengelolaan konflik menurut jenis konflik yang ada:

Sebuah. Kuadran Menang-Menang (kolaborasi)

Kuadran win-win (kolaborasi) disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi atau kerjasama. Tujuannya adalah untuk menyelesaikan konflik dengan menciptakan resolusi melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang berkonflik. Proses ini biasanya paling lama karena harus mampu mengakomodasi kedua kepentingan yang biasanya berada pada dua sisi ekstrim satu sama lain. Proses ini membutuhkan komitmen yang besar dari kedua belah pihak untuk menyelesaikannya dan dapat membina hubungan jangka panjang yang kuat. Secara sederhana, proses ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak sepenuhnya memahami keinginan atau tuntutan pihak lain dan berusaha dengan komitmen penuh untuk menemukan titik temu antara kedua kepentingan tersebut.

B. Kuadran Menang-Kalah (persaingan)

Kuadran Menang-Kalah (persaingan) memastikan bahwa satu pihak memenangkan konflik dan pihak lainnya kalah. Biasanya menggunakan kekuatan atau pengaruh untuk menjiwai kemenangannya. Biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan diri untuk pertemuan selanjutnya, sehingga terjadilah suasana persaingan atau persaingan antara kedua belah pihak. Gaya penyelesaian konflik ini sangat tidak nyaman bagi mereka yang merasa terpaksa berada dalam posisi kalah, sehingga hanya digunakan pada situasi terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.

C. Kuadran Kalah-Menang (mengakomodasi)

Sedikit berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu menang-kalah, artinya salah satu pihak dalam posisi mengalah atau mengakomodir kepentingan pihak lain. Gaya yang digunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat konflik atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan. Kalah dalam hal ini bukan berarti kalah, tetapi kami menciptakan suasana yang memungkinkan penyelesaian konflik yang timbul antara kedua belah pihak.

D. Kuadran Kalah-Kalah (menghindari konflik)

Ini menjelaskan bagaimana menyelesaikan konflik dengan menghindari konflik dan memperbaiki masalah yang muncul. Ini bisa berarti bahwa kedua belah pihak tidak setuju untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk menyelesaikan konflik. Cara ini sebenarnya hanya bisa dilakukan untuk potensi konflik yang ringan dan tidak terlalu lama.

Pada dasarnya klarifikasi manajemen konflik yang dikemukakan memiliki makna yang dekat satu sama lain, hanya saja masing-masing ahli memiliki cara pandang dan pendekatan yang berbeda. Setelah memperhatikan klarifikasi manajemen konflik di atas, penelitian ini akan menggunakan klarifikasi manajemen konflik dari Gottman dan Korkoff (Mardianto, 2000) dengan pertimbangan bahwa klarifikasi dari kedua ahli tersebut mewakili berbagai jenis manajemen konflik yang ada dan ada di dalamnya. sesuai dengan masalah yang diteliti, yaitu):

Pemecahan masalah positif, terdiri dari kompromi dan negosiasi. Kompromi merupakan bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutannya sehingga ada solusi spiritual atas permasalahan yang ada.

Konflik keterlibatan (menyerang dan kehilangan kendali). Manajemen konflik ini lebih bersifat mengontrol dan tidak menyerang lawan dalam proses penyelesaian konflik tetapi lebih dengan cara damai tanpa menyerang lawan yang berkonflik.

Penarikan (withdrawal). Dalam manajemen konflik ini, resolusi konflik, benarkah?Positive pemecahan masalah, yang terdiri dari kompromi dan negosiasi. Kompromi merupakan bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutannya sehingga ada solusi spiritual atas permasalahan yang ada.

Konflik keterlibatan (menyerang dan kehilangan kendali). Manajemen konflik ini lebih bersifat mengontrol dan tidak menyerang lawan dalam proses penyelesaian konflik tetapi lebih dengan cara damai tanpa menyerang lawan yang berkonflik.

Penarikan (withdrawal). Dalam resolusi konflik manajemen konflik ini, pihak-pihak yang berkonflik tidak menarik diri dari konflik yang dialaminya dan tidak menggunakan mekanisme pertahanan diri, melainkan berusaha menampilkan diri untuk terus mempertahankan diri guna menyelesaikan konflik yang terjadi.

Kepatuhan (menyerah). Penyelesaian konflik manajemen konflik ini lebih kepada pantang menyerah dan berusaha menyelesaikan konflik yang terjadi.

2.4 Manajemen konflik yang tidak produktif

Manfaat utama dari membahas metode yang tidak efektif ini adalah memungkinkan kita untuk mengidentifikasi mereka dalam perilaku orang lain serta perilaku kita sendiri. Jika kita telah mengidentifikasi metode ini, kita dapat mencoba menguranginya dalam komunikasi kita.

Sebuah. Penghindaran, Non-negosiasi, dan redefinisi.

Salah satu reaksi terhadap konflik yang sering dilakukan adalah penghindaran. Seringkali ini dalam junpai dalam bentuk pelarian fisik. Orang mungkin meninggalkan daerah konflik, tidur atau menyalakan radio dengan keras. Reaksi ini juga dapat berupa penghindaran emosional dan intelektual. Di sini orang meninggalkan konflik secara psikologis dengan tidak menanggapi argumen atau masalah yang diajukan.

Dalam jenis non-negosiasi khusus penghindaran, seseorang tidak mau membahas atau mendengarkan argumen pihak lain. Terkadang non-negosiasi ini dilakukan dalam bentuk pemaksaan pendapatnya sampai pihak lain menyerah. Ini adalah teknik yang disebut "Streamrolling" (buldoser).

Terkadang konflik atau sumber yang dituding menyebabkan konflik didefinisikan ulang sedemikian rupa sehingga seolah-olah tidak ada konflik sama sekali, seperti ketika orang mengatakan, "ini bukan kencan-hanya perjalanan bisnis yang kita lakukan bersama." Di lain waktu, konflik dapat didefinisikan ulang sehingga menjadi masalah yang sama sekali berbeda, seperti ketika seseorang berkata, “Kecemburuanmu terlalu berlebihan. Anda harus berkonsultasi dengan psikiater. Aku tidak tahan dengan kecemburuanmu setiap hari."

Perhatian problem solving, terdiri dari kompromi dan negosiasi. Kompromi adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutannya agar tercaSpiritual suatu penyelesaian terhadap permasalahan yang ada.

Conflik engagement (menyerang dan lepas kontrol). Menejemen koflik ini lebih bersifat mengontrol dan tidakmenyerang lawan dalam proses penyelesaian konflik tetapi lebih-lebih dengan cara yang bersifat perdamaian tanpa menyerang lawan yang berkonflik.

Withdrawal (menarik diri). Pada menejemen konflik ini penyelesaian konflik, piha yang berkonflik tdiak menarik diri dari konflik yang di alami dan tidak menggunakan mekanisme pertahanan diri,tetapi lebih berusaha menampilkan diri untuk terus memeprtahankan diri guna menyelesaikan konflik yang terjadi.

Compliance (menyerah). Menejemen konflik ini penyelesaian konflik lebih bersifat tidak menyerah dan berusaha terus dalam penyelesai konflik yang terjadi.

2.4 Manajemen konflik yang tidak produktif

Manfaat utama dalam membahas metode-metode yang tidak efektif ini adalah memungkinkan kita mengidentifikasi mereka dalam perilaku orang lain dan juga dalam perilaku kita sendiri. Jika kita telah mengidentifikasi metode-metode ini, kita dapat berusaha mengurangi mereka dalam komunikasi yang kita lakukan.

  • Pengindaran, Non-negosiasi, dan redefenisi.

Salah satu reaksi terhadap konflik ynang palung sering dilakukan adalah pengindaran (Avoidance). Sering ini di junpai dalam bentuk pelarian fisik. Orang mungkin meninggalkan tempat konflik, tidur atau menyetel radio keras-keras. Reaksi ini dapat pula berbentuk pengindaran emosional dan intelektual. Disini orang meninggalkan konflik secara psikologis dengan tidak menanggapi argumen ataumasalah yang di kemukakan.

Dalan non-negosiasi jenis ini khusus pengindaran, sesorang tidak maumendiskusikan atau mendengarkan argumen pihak lain. Kadang-kadang non-negosiasi ini di  lakukan dalam bentuk memaksakan pendapatnya sampai pihak lain menyerah. Ini adalah teknik yang dinamakan “Streamrolling” (bulldoser).

Adakalanya konflik atau sumber yang di tuduh sebagaipenyebab konflik di redefenisi sedemikian rupa sehingga seakan-akan sama sekali tidak ada kinflik, seperti bila orang berkata, “ini bukan kencan-hanya perjalanan bisnis yang kita lakukan bersama.” Kali lain, konflik mungkn di redefenisi sehingga menjaddi masalah yang sama sekali berbeda, seperti bila sesorang berkata, “kecemburuanmu berlebihan. Sebaiknya kamu konsultasi ke psikiater. Saya  tidak sanggup menghadapi kecemburuanmu setiap hari.”

Perhatikanlah dengan perilaku-perilaku seperti ini, sumb er konflik tidak pernah di hadapi. Ia hanya di kesampingkan. Suatu saat konflik ini akan muncul kembali.

  •  Pemaksaan

Barangkali metode yang paling tidak produktif untuk menangani konflik adalah pemaksaan fisik. Bila di hadapkan pada konflik, banyak orang berusaha memaksakan keputusan ataucara berfikir mereka dengan menggunakan pemakasaan atau ketentuan fisik. Adapun, pemaksaan ini lebih bersifat emosional dari pada fisik. Tetapi, apapun yang di lakukan, pokok masalahnya tetap tidak tersentuh. Pihak yang “menang” adalah pihak yang paling banyak menggunakan kekuatan.

Ini adalah teknik yang di gunakan oleh negara-negara atau pasangan suami istri yang sedang berperang. Juga teknik ini sering di gunakan oleh mahasiswa/i yang sedang berpacaran.

  • Minimasi

Adakalanya kita mengatasi konflik dengan menganggapnya remeh. Kita mengatakan dan baragkali percaya bahwa konflik, penyebabnya, dan akibatnya sama sekali tidak penting. Kita mengguakan minimasi bila kita menganggap enteng perasaan orang lain. Seperti halnya “mengapa kamu marah? Saya hanya terlambat dua jam.” Dengan melakukan ini kita sama halnya mengatakan bahwa tindakan orang lain tersebut tidak pantas.

  • Menyalahkan 

Paling banyak konflik di sebabkan oleh banyak macam faktor sehingga setiap upaya untuk hanya memecahkan satu atau dua di antaranya akan berakhir dengan kegagalan. Meskipun demikian, seringkali orang menerapkan strategi bertengkar yang di sebut menyalahlan orang lain. Dalam beberapa kasus kita menyalahkan diri kita sendiri. Namun, lebih sering kita menyalahkan orang lain. Ini merupakan hal yang tidak efektif dalam mengelola konflik.

  • Peredam

Peredam mencakup beragam teknik bertengkar yang secara harfiah membungkam pihak lain. Salah satunya adalah dengan menangis. Ini hal yang sering di alami oleh wanita, ketika menghadapi suatu masalah yang complicated dan tidak tau bagaiamana lagi cara mengatasi nya, mereka cenderung menangis. Hal lain yang terjadi dan mungkin juga di lakukan adalah dengan meluapkan emosi yanf secara berlebihan : teriak-teriak, menjerit, yang sebenarnya sama sekali tidak membuat konflik menjadi selesai.

  • Karung goni  

Hal ini merupakan hal yang sangat bebahaya. Mengapa? Karena ini mengajupada tindakan menimbun kekecewaan dan menumpahkannya pada lawan bertengkar.

2.5 Manejemen konflik yang efektif

Menurut George Bach dan Peter Wyden dalam bukunya yang berjudul Intimate Enemy (1968), ada beberapa pedoman untuk mengelola kinflik menjadi lebih produktif.

  • Berkelahi secara sportif

Kita perlu memahami orang lain. Seperti, dengan melakukan hal ini apakah si A akan baik-baik saja? Atau dengan berkata hal ini dia tidak akan tersinggung ? dengan demikian kita menjadi seorang yang lebih melihat reaksi orang lain ketika kita hendak mengeluarkan tindakan atau kata-kata. Jangan melewati batas-batas seperti mencela orang tua, atau pekerjaan orang tua orang lain.

  • Sebuah. Berjuang secara aktif

Intinya, ketika kita menghadapi konflik, kita harus aktif—bukan dengan menutup telinga (atau menolak mendengarkan lawan yang kita hadapi). Atau dengan keluar rumah. Periode pendinginan terkadang baik dan terkadang kurang efektif.

B. Bertanggung jawab atas pikiran dan perasaan Andai

Intinya adalah ketika kita tidak setuju dengan pendapat orang lain-kita mengungkapkan perasaan kita. Bicara tentang hal itu.

C. Langsung dan spesifik

Hal ini sebenarnya termasuk dalam poin kedua, dimana kita harus fokus pada masalah yang terjadi, bukan merantau ke masalah lain. Seperti sekedar, kata ibunya, atau kejadian lain yang tidak ada hubungannya dengan masalah saat itu.Bertengkar secara aktif

  • 3. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Konflik adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Tidak hanya kepada orang lain, terkadang konflik dengan diri kita sendiri bisa terjadi. Seperti yang telah dijelaskan bahwa ada konflik atau masalah, itulah yang sebenarnya membuktikan bahwa kita masih berada di dunia fana ini.

Konflik memiliki dua jenis, yang pertama adalah tipe destruktif atau negatif/destruktif. Dimana konflik ini jika tidak diselesaikan akan menghancurkan suatu hubungan interpersonal, kelompok, atau organisasi. Yang kedua adalah tipe konstruktif atau konflik positif/konstruktif. Artinya, ketika kita menghadapi konflik, kita belajar memahami orang lain. Apa yang dia tidak suka kita mengerti. Dengan mengetahui apa yang tidak disukai orang lain, kita akan lebih berhati-hati, dan hubungan kita akan lebih baik.

Manajemen konflik sangat diperlukan dalam hubungan interpersonal, dalam kelompok atau dalam suatu organisasi. Ketika kita ingin menjadi orang yang lebih efektif, bijaklah dalam mengelola konflik.

3.2 Saran

Dalam kehidupan kita sebagai manusia, benar memang kita harus menjadi seorang yang efektif di dalam kehidupan bersosial. Pengelolaan konflik sangat di perlukan guna menghadapi situasi-situasi yang bisa saja membuat kita stres. Dari banyak kasus, di Jepang contoh nya ketika mereka tidak memiliki pemahaman yang benar tentang hidup yang benar, mereka menyelesaikan hidup mereka dengan cara gantung diri. Atau bisa jadi ketika tidak mampu menyelesaikan masalah/konfik,bisa menjadi seorang pembunuh.

Dalam mengatasi konflik,sesungguhnya kita perlu memahami banyak tentang orang lain. Namun, bagaimana dengan mereka yang baru kita temui ? hal ini tidak jadi pembahasan. Mengapa kita harus memahami orang lain? Atau bagaimana caranya memahami orang lain?.Seperti yang sudah di bahas sebelumnya mengenai pembukaan diri, menjadi pendengar yng baik, jujur-sportif-adil, dan sebagainya.

  • 4. DAFTAR PUSTAKA
  • A.DeVito, Joseph.2011. Komunikasi Antarmanusia:Manajemen Konflik, p299-302.
  • Drs. H. Ahmad, T. Manajemen konflik.

  • Miyaso, Estu. 2006. Manajemen Konflik Mahasiswa Sebagai Metode Pembelajaran Alternatif. Jurnal Penelitian.

  • Muspawi, Mohamad. 2014. Manajemen Konflik (Upaya Penyelesaian Konflik Dalam Organisasi). Jurnal Penelitian, Vol 16 No. 2

  • Robert D, Enright. 2015. Forgivenes Therapy: American Psyicological Association. Washington, DC.

  • Wartini, Sri. 2015. Strategi Manajement Konflik Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja teamwork Tenaga Kependidikan. Jurnal Manajemen Dan Organisasi, No. 1   

                       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun