Dari seruan-seruan perang umum sampai ke banjir fatwa yang menggambarkan revolusi Indonesia adalah perang suci, kaum muslim mendengar bahwasanya kewajiban berjuang itu melekat pada orang-orang beriman dan yang gugur akan menjadi syuhada . Satu penjelasan yang mendalam tentang pendekatan Islami pada perang itu ditulis oleh M. Arsad tholib lubis, seruan-seruan Islam untuk beraksi menunjukkan retorika yang menjustifikasi perang sebagai revolusi Islam.
 Sebagai tanggapan atas seruan-seruan itu, kaum Muslim mengorganisasikan diri untuk berpartisipasi dalam revolusi terutama dengan menggunakan saluran-saluran Islam yaitu laskar islam dan juga organisasi-organisasi Islam yang berkontribusi di bawah kepemimpinan para ulama. Lasykar yang paling terkenal ialah Sabililah dan Hizbullah, yang terasosiasi dengan partai politik Islam Masyumi dan mereka memiliki bekal peralatan yang lebih baik daripada skesatuan-kesatuan militer resmi di provinsinya.Â
Masuknya organisasi-organisasia massa Islam dalam memobilisasi partisipasi revolusi juga meyakinkan banyak anggota organisasi-organisasi tersebut bahwa perjuangan itu merupakan perjuangan Islam. Meskipun organisasi-organisasi massa Islam di Indonesia, ini tidak berarti bahwa semua partisipasi Muslim dalam revolusi sejalan atau selaras dengan ide-ide modern Islam tekstual. NU dan Muhammadiyah memandang perang melawan Belanda sebagai jihad.Â
Menurut NU, berjuang di jalan Allah tidak dapat dipisahkan dari Republik Baru, dan kemerdekaan dikaitkan dengan Islam. Sentimen ini bergema pada 28 Januari 1946, di sebuah surat kabar yang dekat dengan Partai Masyumi Islam, Harian Al Jihad, di mana pemimpin Hizbullah Tentara Islam saat itu, Wandhamiseno, menyatakan, "Kemerdekaan negara dan rakyat kita adalah yang berdasarkan Islam."
A.Gerakan atau barisan Islam pada Masa Revolusi fisik
1)Laskar Hisbuloh dan Sabilillah
 Jika menoleh kebelakang ke masa dua bulan pergolakan revolusi Indonesia pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kita akan menyadari, ternyata Negeri yang baru lahir ini tidak memiliki tentara. Kita baru memiliki tentara setelah pemerintahan meresmikan laskar-laskar menjadi Barisan Keamanan Rakyat (BKR). yaitu pada tanggal 05 Oktober 1945 . Dengan ini para pemuda mengisi kekosongan tanpa tentara dengan membentuk organisasi-organisasi pergerakan dan perjuangan untuk membela Tanah Air Perjuangan ini dikenal dengan sebutan "Laskar".
Pada mulanya Laskar ini tidak dilatih, tidak disiplin dan juga tidak memiliki pemimpin yang berpengalaman, sehingga seringkali berselisih paham dengan pemerintahan Soekarno dan juga tidak menerima perintah dari pemimpin Nasional, namun taat dan patuh dengan perintah Kiyai-kiyai. Walaupun Hizbulloh ini di bentuk pada saat Penjajahan Jepang namun Laskar ini merupakan salah satu pergerakan terkuat yang mana diantaranya saat itu adalah Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), Barisan Benteng dan Barisan Pelopor dan yang terakhir adalah LaskarHizbulloh (Santri) dan Sabilillah (Kiai/Ulmaa)
2)Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPPI)
 Pada tanggal 20 Oktober 1945, para pemuda menghadiri pertemuan. Diantaranya yang ikut dalam pertemuan itu adalah Mahasiswa dari Sekolah Tinggi Islam dan para pemuda Islam Jakarta serta para pemuda Islam saat itu Dalam pertemuan itu kemudian menghasilkan kesepakatan untuk membuat suatu Gerakan atau organisasi Islam yang disebut dengan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Organisasi ini banyak memberikan konribusi dalam mengusir penjajahan dan mempertahankan Tanah Air dari penjajah, hal ini adalah Belanda dan Sekutu. Pendudukan kembali saat Indonesia mulai eksistensi sentral pemerintahan Republik Indonesia, meskipun demikian bangsa Indonesia tidak gentar dalam menghadapi itu, resistensi terhadap belanda dan sekutu dilakukan dengan semangat.
Khususnya perjuangan para pemuda Islam melalui wadah GPII yang berpusat dibalai Muslimin ialah sebagai salah satu wujud nyata dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru mereka. Untuk lebih memperkuat barisan Umat Islam, Gerakan Pemuda Islam Indonesia ini merasa butuh barisan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa Revolusi fisik. sehingga Kemudian GPI ini merapatkan Barisan dengan Laskar Hizbullah serta Sabilillah yang terjadi di Malang di Markas Tertinggi Sabilillah dan Hizbulloh pada tanggal 26 Oktober 1946.