Mohon tunggu...
Otniel Wijaya Napitupulu
Otniel Wijaya Napitupulu Mohon Tunggu... Guru - Guru_SMA XIN ZHONG SURABAYA

Membaca dan menulis adalah sebuah investasi di masa depan. Aku berpengetahuan karena membaca, Aku bergairah karena menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jurnal: Ekokritik Sastra dalam Paradigma Biosentrisme Pada Puisi "Di danak Na Mompas Godang" Karya Willem Iskander

17 Oktober 2022   22:59 Diperbarui: 17 Oktober 2022   23:38 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Antroposentris

Memandang  manusia sebagai penguasa atau pusat dari alam semesta, dan hanya manusia yang mempunyai nilai-nilai dan isinya sekedar alat bagi pemuasan.  manusia berhak apa saja terhadap alam. sementara  alam dan segala isinya sekedar sebagai alat pemuas  kepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Manusia dianggap yang paling penting dalam menentukan tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung maupun tidak langsung

  1. Biosentrisme 

Paragdigma biosentrisme berpendapat bahwa tidak benar apabila hanya manusia yang memiliki nilai, akan tetapi alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri terlepas dari kepentingan manusia. setiap kehidupan dan  mahluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Sehingga semua mahluk pantas mendapatkan pertimbangan dan kepedulian moral. Pemikiran biosentrisme adalah bahwa setiap ciptaan mempunyai nilai intrinsik dan keberadaanya memiliki relevansi moral. 

  1. Ekosentrisme 

Paradigma yang menentang cara pandang yang dikembangkan oleh antroposentrisme, yang membatasi keberlakukan etika pada komunitas  manusia. Ekosentrisme sering kali disebut sebagai kelanjutan dari biosentrisme karena keduanya memiliki kesamaan dasar pandangan. Paradigma ekosistem menyampaikan pandangan bahwa secara ekologis, mahluk hidup dan benda-benda abiotis. 

Arnes Naess, mengemukakan sebuah pandangan yang dikenal dengan Deep Ecology. Pandangan ini adalah suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada mahluk hidup seluruhnya dalam kaitan untuk melakukan perubahan mendasar pada semua manusia. Ekosentrisme menyadarkan  kembali akan keterkaitan kesatuan, keterkaitan dan saling bergantungan  antara manusia, tumbuhan dan hewan serta seluruh alam semesta. 

Dikutiphttps://fatchulfkip.wordpress.com/2013/01/06/ekokritisisme-kajian-ekologis-dalam-sastra-oleh-fatchul-muin/ (10/02/2020) dijelaskan bahwa ekokritik diaplikasikan dalam sebuah karya sastra untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan ekokritisime dalam sastra. Pertanyaan-pertanyan itu adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana alam direpresentasikan dalam puisi?

  2. Peranan apa yang dapat dimainkan oleh latar fisik (lingkungan) dalam alur sebuah novel?

  3. Apakah nilai-nilai yang diungkapkan dalam sebuah puisi, novel atau drama itu konsisten dengan kearifan ekologis (ecological wisdom)?

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    11. 11
    12. 12
    13. 13
    14. 14
    15. 15
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun