Pertama, di dalam bait kedua baris pertama "Ligima muda di mataniari na bincar" memiliki arti lihat saat matahari terbit, dalam  konteks ini bahwa matahari terbit semua merasa  bergembira sebaliknya bila panasnya mulai memancar kuda pun meronta lembu melenguh jelas dari pertanyaan ini  bahwa alam sangat penting untuk kehidupan manusia.Â
Kedua, di dalam bait ketiga baris pertama "Ligima pordak parsanggulan" memiliki arti  pandanglah taman. Dalam hal ini taman yang merupakan bagian dari paru-paru dunia berupaya memberikan ketenangan  dan kenyamanan bagi setiap orang yang memandang serta yang berkunjung.Â
Ketiga, di dalam bait keempat baris pertama "Ligima rudang na bara on" memili arti lihatlah bunga yang merah itu. Konteksnya bunga merah selalu memberikan daya tarik yang bisa dinikmati oleh manusia, apalagi ketika bunga merah itu mekar di pagi hari.
Keempat, di dalam bait kelima baris pertama "Tangionma sora ni angin" memiliki arti dengarlah suara desir angin.  hal ini ekokritik biosentrisme menghubungkan bagaimana manusia harus bisa merasa dan menikmati  dari setiap desir angin yang ada, sehingga manusia itu bisa bersatu langsung dengan alam semesta.Â
Dari paparan di atas kita bisa mengetahui bagaimana hubungan manusia dengan alam semesta saling berkaitan dan saling memiliki nilai arti baik manusia untuk alam semesta maupun alam semesta untuk manusia. sudah dijelaskan di atas bahwa paradigma ekoritik biosentrisme  menyamakan kedudukan dan kepentingan dari manusia maupun alam semesta. Sehingga manusia tidak semerta-merta hanya sebagai penguasa alam semesta itu sendiri.Â
Â
KESIMPULAN
Konsep ekologi dalam kajian sastra ini  menempatkan alam fisik sebagai objek kajian yang dinamis. Sehingga ekokritik terfokus pada karakteristik sastra yang melahirkan imajinasi dengan menyodorkan efek katarakterisktik  bagi pembacanya, dalam hal ini tentunya terkait dengan pesan moral dan politik atas pelestarian alam fisik (lingkungan). Di samping itu, ekokritik satra yang berorientasi pada kelestarian alam fisik, sehingga dengan demikian ekokritik sastra masuk ke dalam ranah kajian keilmuan yang bersifat multidisiplin.Â
Berdasarkan hasil pembahasan pemaparan analisa  pada puisi "Di danak Na Mompas Godang" karya Williem Iskander melalui paradigma ekokritik biosentrisme maka dapat menyimpulkan bahwa  puisi tersebut dapat dikaji melalui ekokritik dengan beberapa teori yang relevansi, di dalam puisi tersebut adanya kesinambungan antara manusia dan alam yang tidak terlepaskan. Paradigma ekokritik biosentrisme  di dalam puisi ini terlihat jelas hubungan manusia dan alam, bukan semerta-merta manusia adalah penguasa sepenuhnya, namun memiliki nilai baik sebagai mahluk hidup maupun nilai sebagai manusia
Â
DAFTAR PUSTAKA