"Iya, kemarin gue nonton bareng sama Baqir. Dia jemput gue di rumah."
Luluh, hancur sudah harapan Pepep merebut Rasti. Mana sanggup dia ngalahin Baqir, terlebih soal bulu perbuluan. Pepep kalah telak.
"Wah asyik dong nonton sama cowok keren, gimana, enak nonton bareng dia?"
"Ih boro-boro gue bisa enjoy. Bau badannya itu lho, hueeks, ampun-ampunan deh. Tobat gue ngicer cowok yang banyak bulunya. Gak tahaaaan. Biar kata dia macho, ganteng, tajir, kalo bau badannya ampun-ampunan, nggak deh !"
Pepep, yang sedari tadi perasaannya hancur karena terperosok ke dalam sumur tujuh lapisan. Pepep yang sempat mau bunuh.... ayam tetangga ketika pulang sekolah karena merasa putus harapan. Pepep yang wajahnya masih mengenaskan, kini memiliki semangat baru. Seolah-olah diangkat ke langit lapis kesatu.
Jiwa Pepep kembali bersinar, harapannya mendapatkan Rasti kembali terbuka lebar. Dengan percaya diri, Pepep menghampiri Rasti yang masih hangat ngobrol bersama Dewi. Dengan semangat mengebu-gebu, Pepep memberanikan diri bertanya kepada Rasti.
"Halo Rasti, mau nonton bareng Pepep?"
Rasti terdiam. Dia terlihat melongo dan sedikit syok. Sedangkan Pepep? Hidungnya kempas kempis. Dadanya bergemuruh. Dengan sabar ia menunggu jawaban dari Rasti, sembari memberikan senyum terbaiknya. Â