Pepep nurut. Ia mengikuti langkah kaki Anan. Berdua mereka memasuki toko yang sepi itu.
"Mari masuk, selamat datang," sapa pemilik tokoh ramah.
Pepep mendelik ngeri. Wajah pemilik toko hampir saja tidak terlihat. Itu dikarenakan brewok menghiasi penuh wajahnya. Di bagian tangan juga begitu. Dari kemeja yang bagian atasnya tidak terkancing, Pepep juga bisa melihat dada si pemilik toko. Dada yang cocok dijadikan karpet.
"Mau cari obat kuat, ya?"
"Oh, di sini jual obat kuat menghapal pelajaran, ya? mau Pak!" sahut Pepep semangat.
"Hus, diem lu, Pep," Anan ambil alih.
"Pak, minta Lebat Oil dong. Temen gue pingin punya bulu kaki, nih." Anan berkata terang-terangan. Secara diam-diam Pepep mencuil tubuh Anan. Maknanya jelas, "JANGAN BIKIN GUE MALU!" Tapi Anan cuek beibeh. Acara perburuan Lebat Oil jalan terus.
Penjaga toko melihat geli ke arah Pepep. Pepep jadi salting. Penjaga toko mengambil sebotol minyak yang ada di rak bagian belakang.
"Pakenya sedikit aja. Nanti kamu kewalahan kalo sudah terlalu lebat."
"Stt, Pep tuh obat buat numbuhin bulu. Selamat menjadi lelaki sobat," bisik Anan. Pepep mendelik. Ia mengambil botol yang diberikan penjaga toko. "Botol sekecil ini 50 ribu? Abis dah duit jajanku," pikir Pepep. Tapi setelah membayangkan wajah cantik Rasti, Pepep langsung buru-buru membayar Lebat Oil itu.
Untuk meyakinkan, sebelum pulang, Pepep bertanya ke penjaga toko.