Lalu ke bagian dada. "Selamat datang dada macho," batinnya lagi. Ia mengoleskan rata cairan itu ke dadanya yang sama sekali gak bidang. Setelah dua bagian itu, kaki adalah destinasi terakhir. "Selamat tinggal kaki meja," gumam Pepep pelan.
Pepep sekuat tenaga menahan bau badannya. Buru-buru ia memakai baju dan celana. Perjuangan menahan bau membuatnya lapar. Perlahan Pepep ke luar kamar dan menuju ke dapur.
Tiba-tiba terdengar teriakan. Dan itu berasal dari wanita paling berkuasa di rumahnya. Wanita itu adalah Emak. "Hueeks, bau apa ini? Pep, kamu belum mandi, ya? cepat mandi sono, bau banget.... bau bangke!"
* Â * Â *
Semalaman Pepep bertahan dalam siksaaan. Bagaimana bisa tertidur, memejamkan mata saja Pepep tak mampu, boro-boro deh beli beras. Lho?
Lepas tengah malam Pepep sudah tak tahan lagi. Ia mandi. Ia bertekat tidak akan mengoleskan cairan busuk itu lagi ke badannya. "Bedebah dengan bulu!" teriaknya dalam hati.
Pepep juga gak peduli dengan ocehan Anan kelak. "Awas aja dia ngoceh, gue tumpahin tuh Lebat Oil ke badannya, biar tahu rasa!"
Bagaimana dengan Rasti? "Tanpa bulu, gue harus bisa menaklukan Rasti. HARUS!" tekat Pepep sudah bulat, sebulat tahi kambing.
Langkah gontai Pepep di lorong sekolah terhenti oleh sebuah obrolan yang menelisik hatinya.
"Eh Ras, lu kemarin jalan sama Baqir ya?"
Lagi-lagi, Pepep mendengar obrolan Rasti dan Dewi. Tapi kali ini pure gak sengaja.